Gaza – Gaza kembali terluka. Kali ini bukan hanya oleh bom dan peluru, tetapi juga oleh air yang menggenangi tanahnya. Militer Israel telah mengonfirmasi penggunaan air laut untuk membanjiri jaringan terowongan di Gaza, sebuah langkah yang dinilai berpotensi melanggar hukum internasional dan menimbulkan dampak jangka panjang yang mengerikan bagi warga Palestina.
Dalam laporan yang beredar sejak Desember lalu, Israel telah memasang pompa raksasa di utara kamp pengungsi Shati untuk mengalirkan ribuan meter kubik air laut ke dalam terowongan. Meski diklaim untuk menghancurkan infrastruktur Hamas, langkah ini berisiko merusak sumber air tanah yang menjadi sandaran utama bagi 2,3 juta penduduk Gaza.
Profesor Mark Zeitoun dari Geneva Graduate Institute memperingatkan bahwa penyuntikan air asin ini akan mencemari akuifer Gaza secara permanen, membuat air bersih semakin langka.
Gaza telah lama hidup dalam krisis air. Blokade sejak 2007 membuat akses air bersih semakin sulit. Kini, dengan sistem desalinasi yang rusak akibat serangan, pasokan air dari Israel yang diputus, serta kurangnya bahan bakar untuk mengoperasikan sumur bor, warga Gaza terpaksa meminum air yang terkontaminasi.
PBB melaporkan bahwa kasus penyakit akibat air kotor melonjak drastis. Lebih dari 100.000 kasus disentri tercatat hanya dalam dua bulan, mayoritas dialami anak-anak yang rentan terhadap dehidrasi parah. Sementara itu, perempuan di Gaza bahkan harus menunda menstruasi dengan obat-obatan karena tidak ada air untuk menjaga kebersihan diri mereka.
Gaza tak hanya dibombardir senjata, tetapi juga dirampas hak dasarnya: air. Dan dunia, lagi-lagi, hanya menjadi saksi bisu atas derita yang terus berulang. (YA)