Yogyakarta – Dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM), Gesang Nugroho, berhasil meraih gelar Guru Besar setelah menghabiskan 12 tahun mengembangkan pesawat tanpa awak atau unmanned aerial vehicle (UAV). Prestasi ini dirayakan dengan pameran dua UAV ciptaannya di UGM pada hari pengukuhannya sebagai Guru Besar.
Dua pesawat UAV yang dipamerkan tersebut adalah Palapa S-1 dan Palapa S-2. Palapa S-1 dikembangkan selama 2,5 tahun terakhir dan mampu terbang selama 6 jam tanpa henti. Sementara itu, Palapa S-2 memiliki kemampuan terbang lebih lama, yakni 10 jam nonstop.
“Selama terbang, UAV akan mampu mengambil foto dan video yang dikirim ke ground control station. Bedanya, Palapa S-1 mampu terbang 6 jam nonstop, sementara Palapa S-2 bisa terbang 10 jam nonstop,” ujar Gesang kepada awak media pada Selasa (21/5).
Palapa S-1 memiliki jangkauan terbang hingga 300 kilometer, meskipun komunikasi foto dan videonya hanya mencapai 50 kilometer melalui telemetri wifi internet. UAV ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti pemetaan, pemantauan bencana, dan kegiatan surveilans.
Sedangkan Palapa S-2, yang masih dalam tahap pengembangan, akan dilengkapi dengan telemetri satelit yang memungkinkan jangkauan tak terbatas dan sistem autopilot. Saat ini, Palapa S-2 baru sampai pada tahap pembuatan bodi.
Gesang juga mengungkapkan bahwa UAV yang dikembangkannya jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan produk serupa buatan luar negeri.
“Harganya jauh lebih ekonomis, pesawat sekelas ini dijual di Indonesia bisa sampai Rp 3 miliar. Pesawat kita hargaya bisa dibawah Rp 1 miliar,”jelasnya.
Selain meraih gelar Guru Besar, Gesang juga telah berhasil mendapatkan dua paten terkait pencetakan komposit dengan bantuan tekanan balon yang diberi nama Bladder Compression Moulding (BCM) pada UAV yang telah dikembangkannya.
Gesang Nugroho saat membacakan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar di UGM pada Selasa (21/5).
Dengan pencapaiannya ini, Gesang Nugroho berharap pengembangan UAV di Indonesia bisa terus berlanjut dan memberikan kontribusi nyata bagi berbagai sektor, termasuk pemetaan dan pemantauan bencana, dengan biaya yang lebih terjangkau. (Pr)