Jakarta – Keputusan strategis pemerintah dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kembali mencuri perhatian. Menteri BUMN sekaligus Ketua Dewan Pengawas Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), Erick Thohir, mengumumkan bahwa Danantara akan mengelola seluruh 47 BUMN, bukan hanya 7 perusahaan seperti yang sempat direncanakan sebelumnya.
Dalam acara Economic Outlook 2025 di Jakarta, Rabu (26/2/2025), Erick menegaskan bahwa dari total 47 BUMN, sebanyak 40 sudah dalam kondisi sehat, sementara 7 lainnya masih dalam tahap restrukturisasi. Namun, ia optimistis bahwa ketujuh perusahaan tersebut akan segera pulih dan berkontribusi dalam optimalisasi dividen negara.
“Ini konsolidasi total supaya dividennya maksimal dan seluruh sistem operasi bisa bersinergi lebih baik,” ujar Erick.
Langkah ini sejalan dengan transformasi besar yang dilakukan Kementerian BUMN sejak 2019. Dari awalnya 114 perusahaan, jumlah BUMN kini telah dipangkas menjadi 47 perusahaan yang lebih efisien dan fokus.
Adapun tujuh BUMN utama yang sudah pasti masuk dalam kendali Danantara antara lain:
- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
- PT PLN (Persero)
- PT Pertamina (Persero)
- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
- PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk
- Holding BUMN Pertambangan MIND ID
Keputusan untuk menyerahkan semua BUMN ke Danantara disebut sebagai langkah penting untuk meningkatkan efisiensi dan mendorong kinerja perusahaan-perusahaan milik negara agar lebih kompetitif.
Tantangan dan Harapan di Bawah Kepemimpinan Baru
Selain perubahan struktur pengelolaan, Erick juga meminta publik untuk memberi waktu kepada Rosan Roeslani, yang baru saja ditunjuk Presiden Prabowo Subianto sebagai CEO Danantara.
“Saya minta market tolong beri waktu setidaknya satu bulan untuk Rosan bekerja. Nantinya, mereka akan mempresentasikan rencana besar setelah semuanya siap,” tambah Erick.
Keputusan ini memunculkan berbagai reaksi di pasar. Para investor dan pemangku kepentingan akan mencermati bagaimana strategi ini dapat berdampak terhadap efisiensi operasional serta peningkatan dividen.
Dengan perubahan besar ini, harapannya BUMN dapat lebih bersinergi, memiliki tata kelola yang lebih baik, serta mampu menjadi motor penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi nasional.(YA)