Ekonom UGM: Situasi Indonesia Saat Ini, Ada Tanda-Tanda Menuju Resesi

Situasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga negara-negara yang lain

Yogyakarta — Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuat sejumlah kalangan waspada terhadap arah perekonomian nasional. Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. I Wayan Nuka Lantara, menyatakan bahwa Indonesia saat ini menunjukkan gejala menuju resesi, meski belum sepenuhnya memasuki fase tersebut.

“Ada gejala menuju ke sana (resesi) iya, tapi (saat ini) belum sampai resesi,” jelas Wayan Nuka.

“Situasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga negara-negara yang lain”, ungkapnya menjawab pertanyaan Newslink Indonesia.

Menurutnya, dalam 1 hingga 3 bulan ke depan, kondisi ini tidak akan banyak berubah jika perang dagang yang dipicu oleh Amerika Serikat terus berlangsung.

“Saya cukup optimis menyatakan pesimis,” ujarnya dengan nada satir saat ditemui di Gedung Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Rabu (9/4).

Selain tekanan eksternal, Wayan menyoroti bahwa Indonesia juga menghadapi tantangan dari dalam negeri, mulai dari lemahnya penegakan hukum, ketidakpastian iklim investasi, hingga dinamika sosial-politik, termasuk pergerakan mahasiswa yang kerap berseberangan dengan kebijakan pemerintah.

Tak hanya itu, pada tahun ini Indonesia dihadapkan pada kewajiban membayar utang jatuh tempo senilai sekitar Rp800 triliun yang akan memberi tekanan besar terhadap fiskal.

Menurut dosen Departemen Manajemen FEB UGM tersebut, jika situasi global memburuk dan perang dagang tidak segera mereda, Indonesia berisiko mengalami stagflasi — yakni kondisi ketika pertumbuhan ekonomi stagnan, tetapi inflasi dan pengangguran meningkat.

Namun, di tengah tekanan ini, Wayan mengimbau para investor untuk tidak panik. Ia menyarankan agar mereka tetap tenang dan menahan diri untuk tidak terburu-buru menarik dana dari pasar modal.

“Jika ingin tetap berinvestasi, pilih saham yang portofolionya baik ” terangnya.

Lebih lanjut, ia juga menekankan pentingnya pengelolaan keuangan pribadi yang bijak di tengah ketidakpastian ekonomi. Artinya, selain memilih instrumen investasi yang tepat, tidak semua uang yang dimiliki digunakan untuk investasi, tetapi menyisihkan sebagian dana darurat agar tetap bisa bertahan dalam kondisi terburuk. (Yud)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *