San Diego – Bintang musik asal Nigeria, Tems, kini resmi menjadi bagian dari pemilik San Diego FC, klub yang akan berlaga di Major League Soccer (MLS) pada musim 2025. Langkah ini menjadikannya sebagai perempuan Afrika pertama yang memiliki kepemilikan,baik penuh maupun sebagian atas tim profesional di Amerika Serikat.
Keputusan Tems ini menambah daftar perempuan Afrika yang mengambil peran kepemilikan dalam dunia sepak bola, terutama di luar benua Afrika. Ketua San Diego FC, Sir Mohamed Mansour, menyambut baik keterlibatan Tems dalam klub.
“Kami sangat senang Tems bergabung sebagai mitra klub San Diego FC. Dia adalah artis global yang akan membantu kami menjangkau audiens baru dan menyebarkan visi unik kami, yang memiliki akar di Afrika Sub-Sahara melalui organisasi Right to Dream,” ujar Mansour dalam pernyataan resminya di media sosial.
Di akun Instagram pribadinya, Tems juga mengungkapkan kegembiraannya atas investasi ini serta kecintaannya terhadap sepak bola.
“Halo San Diego, saya Tems, dan saya sangat bersemangat menjadi bagian dari San Diego FC. Sepak bola menyatukan orang-orang dengan cara yang luar biasa, dan saya ingin membantu membangun sesuatu yang istimewa di San Diego,” tulisnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa kecintaannya pada sepak bola sudah ada sejak kecil. “Saya selalu menyukai sepak bola. Saat tumbuh besar, saya sering melihat saudara saya bermain dengan teman-temannya, dan itu selalu membuat saya tertarik,” tambahnya.
Selain memiliki klub, Tems juga berkomitmen untuk mengembangkan talenta muda melalui kemitraan dengan Right to Dream Academy, sebuah inisiatif yang menghubungkan musik dan olahraga dalam menciptakan peluang bagi generasi muda.
Selain Tems , perempuan frika lainnya yang memiliki klub sepak bola adalah Akosua Puni Essien, istri dari mantan bintang Chelsea dan Ghana, Michael Essien, menjadi perempuan Afrika pertama yang memiliki klub sepak bola di luar benua ketika ia membeli klub Serie C Italia, FC Como, pada 2017 dengan harga 237.000 Euro dalam sebuah lelang. Sayangnya, pengajuan klubnya untuk berlaga di Serie C ditolak, dan kini klub bernama Como 1907 berkompetisi di Serie A.
Perempuan lain yang juga memiliki klub sepakbola yakni mantan pemain timnas Inggris, Eniola Aluko, yang lahir di Nigeria, juga masuk ke dunia kepemilikan klub sepak bola dengan membeli saham mayoritas di tim wanita FC Como melalui grup investasi Mercury 13. Aluko yang sebelumnya pernah menjabat sebagai direktur olahraga Aston Villa dan Angel City FC, berambisi untuk mengubah lanskap sepak bola wanita.
Tiga tahun setelah keberhasilan Akosua Puni Essien, Nneka Ede dari Nigeria mencatat sejarah dengan membeli klub Portugal, Lusitano Ginasio Clube Futebol SAD, pada 2020. Ia menjadi perempuan Afrika kedua yang memiliki klub sepak bola di Eropa secara penuh. Selain membangun klub, Nneka Ede bertekad menciptakan jalur bagi talenta muda untuk berkembang di dunia sepak bola internasional.
Langkah Tems bergabung dengan San Diego FC semakin mengukuhkan peran perempuan Afrika dalam dunia sepak bola, baik sebagai pemilik klub maupun sebagai penggerak perubahan bagi generasi muda yang ingin menggapai mimpi di lapangan hijau.(YA)