Ribuan Mahasiswa Batal Kuliah di AS: Rugi $ 11,5 Juta, Pendaftaran di Kampus Turun 45%!

Kebijakan Imigrasi Donald Trump Ganjal Mahasiswa Internasional, Kampus Kecil di AS Terancam Tutup

Washington, AS – Kebijakan imigrasi yang kian ketat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, yang ditargetkan untuk mengurangi jumlah mahasiswa internasional di Amerika Serikat, ternyata meleset dari sasarannya.

Alih-alih menekan pendaftaran di kampus-kampus elite seperti Harvard dan Princeton, pembatasan tersebut justru menghantam keras universitas-universitas regional dan perguruan tinggi swasta kecil.

Dilansir dari Inside Higher Ed, berdasarkan data awal Kementerian Pendidikan Amerika Serikat, pendaftaran mahasiswa internasional untuk musim gugur ini menunjukkan penurunan yang tajam di kampus-kampus yang kurang dikenal.

Sementara institusi besar dan selektif masih mampu mempertahankan, atau bahkan meningkatkan jumlah pendaftaran dari luar negeri.

Sejak dilantik pada Januari, pemerintahan Trump telah menerapkan serangkaian kebijakan, termasuk menahan aktivis mahasiswa asing, mencabut status SEVIS dan visa, hingga membatasi masa tinggal mahasiswa.

Foto: Dok. AFP

Langkah-langkah ini memicu kekhawatiran meluas di kalangan pegiat pendidikan internasional.

Pukulan Telak Kampus Kecil

Analis dari Brookings Institution menemukan bahwa perguruan tinggi spesialis dengan jumlah pendaftaran yang lebih kecil, terutama yang berafiliasi dengan agama, lebih rentan terhadap penurunan ini.

Fanta Aw, CEO dari NAFSA, sebuah asosiasi pegiat pendidikan internasional mengungkapkan penurunan ini bukanlah hal yang mengejutkan.

“Titik baliknya adalah ketika pemerintah memutuskan untuk menunda wawancara visa,” ujar Aw.

“Itu berdampak pada setiap siswa, terlepas dari institusi mana yang mereka tuju. Angka-angka ini mencerminkan fakta bahwa kebijakan pemerintah benar-benar memengaruhi setiap jenis institusi, jauh melampaui kampus-kampus elite.”

Bagi banyak universitas regional dan swasta, mahasiswa internasional adalah sumber pendapatan penting.

Mereka biasanya membayar biaya kuliah lebih mahal daripada mahasiswa domestik, dan pendapatan tambahan ini digunakan untuk menutupi biaya pendidikan bagi mahasiswa berpendapatan rendah atau lokal, yang membayar lebih sedikit.

Kerugian di Atas Kertas

Foto: Dok. Inside Higher Ed
  • Universitas Niagara, New York: Kampus Katolik swasta ini melaporkan penurunan drastis hingga 45% dalam pendaftaran mahasiswa internasional. Dari 692 mahasiswa tahun lalu, kini hanya 465 yang bergabung. Chandra Foote, Wakil Rektornya, mengatakan kepada The Niagara Gazette bahwa banyak mahasiswa tidak bisa mendapatkan jadwal wawancara visa.
  • Cleveland State University, Ohio: Administrasi memperkirakan kerugian sebesar $ 11,5 Juta akibat 579 mahasiswa internasional yang batal mendaftar tahun ini.
  • Central Michigan University: Jumlah mahasiswa non-domestik diprediksi turun 23%, dari 1.659 menjadi 1.210. Akibatnya, lebih dari 600 mahasiswa memutuskan untuk menunda pendaftaran mereka ke semester berikutnya.

Meskipun tantangan ini besar, banyak institusi berupaya mencari solusi. Mereka menawarkan opsi untuk menunda pendaftaran ke semester musim semi, memberi waktu tambahan bagi mahasiswa untuk mengurus visa.

“Fakta bahwa mereka bersedia menunda menunjukkan bahwa kualitas pendidikan sangat penting dalam keputusan mereka,” kata Aw. “Mereka optimistis hal-hal dapat berubah.”

Selain penundaan, beberapa universitas juga mencoba strategi lain, seperti :

  • Mengizinkan mahasiswa mendaftar di kampus internasional afiliasi Universitas Niagara.
  • Menawarkan opsi kuliah di Salzburg College, Austria.
  • Membolehkan mereka mengambil kelas secara daring.

Namun, Aw juga mengingatkan, “Jika mereka memilih untuk pergi ke Inggris atau tempat lain dan menunda dengan institusi di AS, kita akan kehilangan mereka. Setelah mereka benar-benar pergi ke negara lain, kemungkinan mereka meninggalkan negara itu untuk datang ke negara ketiga sangatlah kecil.”

Kebijakan imigrasi yang awalnya menargetkan pengurangan secara menyeluruh, justru menciptakan konsekuensi tak terduga, yaitu melukai jantung finansial dan keberagaman kampus-kampus yang paling rentan.

Kerugian jutaan dolar dan hilangnya ratusan mahasiswa internasional ini bukan sekadar statistik, melainkan alarm bagi masa depan pendidikan tinggi Amerika.

Ketika institusi kecil berjuang keras untuk bertahan, sementara persaingan global memperebutkan talenta asing semakin ketat, pilihan kebijakan ini berpotensi merusak rantai pasok talenta AS dalam jangka panjang. (YA)

Baca juga :

banner 400x130

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *