El Fasher, Sudan – Puluhan nyawa melayang saat sebuah drone milik Pasukan Dukungan Cepat (RSF) menghantam sebuah masjid di kota El Fasher, Sudan, menewaskan sedikitnya 75 jemaah yang sedang beribadah.
Peristiwa tragis ini terjadi ketika RSF terus berupaya merebut benteng terakhir Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) di wilayah Darfur.
Serangan mematikan ini terjadi di lingkungan al-Daraja, sebuah area yang menjadi tempat perlindungan bagi para pengungsi dari kamp Abu Shouk.
Para sukarelawan dari kelompok Tanggap Darurat (Emergency Response Room) berjuang keras mengevakuasi para korban dari bawah reruntuhan masjid.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan kengerian dan keputusasaan, dengan banyak tubuh yang terjebak di antara puing-puing bangunan.
Hingga saat ini, RSF belum memberikan komentar terkait insiden tersebut. Sejak pecahnya perang saudara dengan SAF pada April 2023, RSF kini berfokus untuk menguasai Darfur, yang selama ini menjadi basis kekuatannya.

El Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara, adalah satu-satunya ibu kota di wilayah tersebut yang masih dikuasai oleh tentara Sudan. Kota ini telah dikepung selama lebih dari setahun.
Mengepung & Menghancurkan
- Tembok Tanah Keliling Kota: Penelitian dari Laboratorium Penelitian Kemanusiaan Universitas Yale kepada The Guardian mengungkapkan RSF sedang membangun tembok tanah di sekeliling El Fasher untuk menjebak penduduk di dalamnya.
- Citra satelit terbaru menunjukkan pergerakan pasukan RSF yang agresif di berbagai area, termasuk sekitar kamp Abu Shouk dan bekas pangkalan misi perdamaian PBB.
- Intensifikasi Serangan: Dalam beberapa bulan terakhir, kota ini dan kamp-kamp pengungsi terus digempur dengan serangan artileri dan drone. Laporan terbaru dari Komisioner Tinggi PBB untuk
Hak Asasi Manusia (OHCHR) menyebutkan setidaknya 3.384 warga sipil tewas antara Januari dan Juni, sebagian besar di Darfur.
OHCHR menyatakan banyak kematian terjadi selama serangan RSF di El Fasher, serta kamp Zamzam dan Abu Shouk pada April 2025.
“Ini Bencana Nyata”

Berdasarkan pantuan jurnalis The Guardian, kondisi di El Fasher semakin memburuk dan sangat memprihatinkan.
Warga sipil hidup dalam ketakutan akan serangan, kelaparan, penyakit, dan praktik-praktik tidak manusiawi lainnya.
“Ini adalah bencana yang nyata,” ujar Fatima, seorang seniman dan dosen yang bekerja dengan komunitas pengungsi di Darfur Utara.
Mohammad Duda, Juru Bicara Kamp Zamzam menceritakan bagaimana warga El Fasher terpaksa bersembunyi di dalam kontainer pengiriman yang dikubur di bawah tanah, sebagai tempat perlindungan darurat.
Ia memohon kepada komunitas internasional “untuk segera turun tangan dan menyelamatkan warga El Fasher dari krisis kemanusiaan yang dahsyat ini.”
Jika El Fasher jatuh, kelompok advokasi Avaaz khawatir RSF akan melakukan serangan yang menargetkan etnis tertentu, seperti yang terjadi di Zamzam pada tahun ini dan di Geneina pada 2023 lalu.
Berdasarkan data Pemerintahan Sudan, perang ini telah menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di abad ke-21.
Hingga saat ini, lebih dari 150.000 orang tewas dan lebih dari 14 juta orang mengungsi dari rumah mereka. (YA)





