Jakarta – Di tengah geliat dunia perfilman Indonesia, keputusan mengejutkan datang dari PT Produksi Film Negara (PFN). Penyanyi Ifan Seventeen, yang lebih dikenal sebagai vokalis band Seventeen, baru saja dilantik sebagai Direktur Utama PFN. Namun, pengangkatan Ifan ke posisi penting ini langsung memicu beragam reaksi, baik dari pelaku industri film Sebagian optimistis, sementara yang lainnya mempertanyakan kelayakan sosok yang lebih dikenal di dunia musik ini.
Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI 56), Marcella Zalianty, tidak segan mengungkapkan keraguannya. “Sebenarnya, banyak sekali orang di industri film nasional yang punya kapasitas dan kompetensi untuk memimpin PFN,” ujar Marcella. Menurutnya, PFN harus menjadi mitra strategis bagi para pelaku film yang sudah bertahun-tahun menggeluti industri ini.
Namun, ada juga yang memberikan harapan, seperti Sutradara Fajar Bustomi, yang menyutradarai film fenomenal Dilan 1990. Fajar berharap Ifan dapat memperbaiki PFN, mempermudah proses sewa studio, serta memproduksi film-film berkualitas.”Setahu saya PFN itu perusahaan film milik negara, jadi direktur utama PFN pasti tidak bisa berbuat banyak untuk perfilman Indonesia. Semoga Bang Ifan bisa memperbaiki PFN lebih baik lagi. Studio-nya bisa makin bagus, sewanya bisa lebih terjangkau, dan bisa mendukung teman-teman film untuk shooting di sana lebih dimudahkan,” ujar Fajar. Bukan itu saja fajar pun menyoroti PFN untuk kembali memproduksi film berkualitas, mengingat sudah jarang terdengar kabar produksi film dari PFN dalam beberapa waktu terakhir. “Salah satu film yang sempat diproduksi PFN yang bagus adalah Kamisa, yang dibintangi Luna Maya dan Cristian Sugiono, tapi belum tayang. Semoga Bang Ifan bisa segera menayangkan film itu. Kalau dia bisa menayangkan film tersebut, saya rasa itu sudah cukup berhasil. Nggak usah terlalu banyak berharap dulu,” lanjut Fajar dengan harapan realistis
Pendapat serupa juga datang dari Ketua Perhimpunan Penulis Layar Indonesia (PILAR), Titien Wattimena. Meski tidak mengenal Ifan secara pribadi, Titien menegaskan pentingnya tim yang akan mendampingi Ifan dalam memimpin PFN. “PFN bukan hanya soal Direktur Utama, tapi juga soal tim yang mendampingi. Itulah yang patut kita cermati,” ujarnya.
Dengan harapan realistis, Titien menambahkan, “Semoga PFN yang sudah lama tidak aktif itu bisa kembali berkontribusi terhadap perkembangan industri film Indonesia dan tidak hanya menjadi alat negara.”
Keputusan ini semakin menarik perhatian karena sebelum penunjukannya, Ifan sudah terlibat dalam dunia politik melalui kolaborasinya dengan Presiden Prabowo Subianto dalam video klip lagu Pernah Di Sana. Meskipun banyak yang menganggap langkah ini sebagai langkah politik, Ifan menegaskan bahwa kehadiran Presiden Prabowo dalam video klipnya tidak didorong oleh alasan politis, melainkan sebagai representasi perjuangan.
Dengan berbagai pro dan kontra yang muncul, satu hal yang pasti adalah, pengangkatan Ifan Seventeen sebagai Direktur Utama PFN membuka babak baru yang penuh tantangan bagi industri film Indonesia. Seperti apa langkah Ifan selanjutnya dalam memimpin PFN? Hanya waktu yang bisa menjawab. (YA)