Katrili, Pupuk Cair dari Geotermal Wujudkan Panen Raya di Minahasa

Katrili Tunjukkan Hasil Positif Pada 4 Komoditas Pertanian Yakni Padi, Tomat, Kacang Kawangkoan, dan Bawang Merah

Minahasa – Selama ini, energi panas bumi (geotermal) dikenal luas sebagai sumber pembangkit listrik. Namun, tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengubah paradigma tersebut.

Melalui riset inovatif, mereka membuktikan bahwa potensi geotermal jauh lebih luas dan dapat dimanfaatkan dalam sektor pertanian.

Di Lahendong, Sulawesi Utara, endapan silika hasil fluida panas bumi yang biasanya dianggap limbah kini disulap menjadi pupuk cair inovatif yang berfungsi sebagai penyubur sekaligus penguat tanaman atau booster.

Berdasarkan hasil studi, endapan ini mengandung lebih dari 60 unsur dan senyawa yang menyerupai abu vulkanik, dikenal luas memiliki kemampuan menyuburkan tanah.

Teknologi nano digunakan untuk mengolahnya menjadi cairan yang dapat diserap optimal oleh tanaman. Keberhasilan riset ini merupakan hasil kerja sama lintas keilmuan.

Tim Penletiti Universitas Gajah Mada (UGM)  terdiri dari :

  • Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph.D., IPM (ahli geotermal)
  • Dr.rer.nat. Ronny Martien, M.Si (ahli nanoteknologi)
  • Dr. Ngadisih, S.TP., M.Sc (ahli konservasi tanah dan air)
  • Berkolaborasi dengan PT Pertamina Geothermal Energy (Tbk) Unit Lahendong

Mereka menciptakan booster pertanian cair bernama Katrili, yang diambil dari nama tarian syukur masyarakat Minahasa.

Produk ini telah melewati serangkaian uji laboratorium dan lapangan. Booster Katrili diaplikasikan secara langsung ke tanaman dengan cara dikocor atau disemprot dalam dosis tertentu.

“Katrili telah menunjukkan hasil positif pada empat komoditas pertanian di Minahasa, yakni padi, tomat, kacang Kawangkoan, dan bawang merah,” jelas Pri Utami, Ahli Geotermal dari UGM.

Panen Raya: Bukti Nyata Keberhasilan

Puncak dari keberhasilan riset ini ditandai dengan panen raya pada 26 Mei 2025 di Desa Tonsewer, Kecamatan Tompaso, Kabupaten Minahasa.

Bupati Minahasa, Robby Dondokambey menyatakan bahwa hasil riset ini sangat relevan dengan kondisi masyarakat Minahasa yang mayoritas adalah petani. Ia berharap distribusi booster Katrili dapat diperluas ke wilayah lain di Sulawesi dan Indonesia.

“Inovasi ini membuat masyarakat merasakan langsung manfaat dari kehadiran industri panas bumi,” ujarnya.

Dalam sesi dialog bersama petani, mereka menyampaikan bahwa Katrili tetap bekerja efektif dalam berbagai kondisi cuaca, dari kemarau hingga musim hujan ekstrem.

Booster ini tidak hanya meningkatkan hasil panen tetapi juga memperbaiki kualitas tanah serta mengurangi kebutuhan pupuk dan pestisida kimia. (Yud)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *