Krisis Mengintai: Utang Rumah Tangga AS Tembus Rp 300.032 Triliun!

Tingkat Gagal Bayar Tinggi, Berisiko Membebani Sistem Keuangan dan Melemahkan Ketahanan Ekonomi Jangka Panjang

New York, AS – Utang rumah tangga di Amerika Serikat (AS) kembali menembus rekor baru pada kuartal II-2025.

Berdasarkan laporan kuartalan Federal Reserve Bank of New York, total utang rumah tangga naik US$185 miliar atau sekitar 1% secara kuartalan menjadi US$18,39 triliun (sekitar Rp300.032 triliun), asumsi kurs Rp16.315 per dolar AS.

Kenaikan ini terjadi di hampir semua kategori, terutama utang hipotek atau Kredit Perumahan Rakyat (KPR), kartu kredit, dan utang pendidikan mahasiswa.

Laporan tersebut menggunakan data Consumer Credit Panel yang bersumber dari data kredit Equifax, memberikan gambaran menyeluruh tentang tren utang dan kondisi kredit rumah tangga di AS.

Salah satu poin yang paling mencuri perhatian adalah lonjakan utang pendidikan mahasiswa yang diiringi peningkatan tingkat gagal bayar. Hingga akhir Juni 2025, total utang mahasiswa tercatat US$1,64 triliun atau setara Rp 26,4 kuadriliun.

Dilansir dari Siaran Pers Federal Reserve Bank of New York, yang lebih mengkhawatirkan adalah 10,2% dari total utang tersebut kini berada dalam status gagal bayar, dengan tunggakan lebih dari 90 hari.

Kenaikan ini tidak sepenuhnya disebabkan oleh perilaku peminjam, melainkan faktor teknis. Sejak pandemi Covid-19, pemerintah AS sempat menghentikan pelaporan keterlambatan pembayaran utang mahasiswa ke biro kredit.

Namun, pada kuartal II-2025, pelaporan kembali diberlakukan. Akibatnya, tunggakan yang sebelumnya tidak tercatat kini muncul dalam data resmi, memicu lonjakan signifikan dalam tingkat gagal bayar.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran serius, karena beban utang pendidikan yang tinggi berpotensi membatasi mobilitas ekonomi generasi muda, memperlebar ketimpangan sosial, dan memperlambat pertumbuhan ekonomi AS dalam jangka panjang.

Menurut Joelle Scally, Penasihat Kebijakan Ekonomi di Federal Reserve New York, utang rumah tangga yang bermasalah pada kuartal ini berbeda-beda tergantung jenisnya.

“Pinjaman pelajar masih terus meningkat, sementara kartu kredit dan pinjaman mobil tetap stabil, dan hipotek sedikit meningkat. Meskipun ada peningkatan kecil dalam tunggakan hipotek, secara keseluruhan kondisi hipotek masih cukup baik dibandingkan dengan masa lalu,” ujar Scally dalam Siaran Pers Federal Reserve Bank of New York.

Selain utang pendidikan, utang KPR juga mengalami kenaikan signifikan, yakni US$131 miliar menjadi US$12,94 triliun pada kuartal II-2025.

Utang kartu kredit naik US$27 miliar menjadi US$1,21 triliun, mencerminkan peningkatan konsumsi rumah tangga. Namun, hal ini terjadi di tengah tekanan inflasi dan biaya hidup yang masih tinggi.

Sementara itu, Home Equity Line of Credit (HELOC) — kredit dengan jaminan ekuitas rumah — meningkat US$9 miliar menjadi US$411 miliar, menandai kenaikan selama 13 kuartal berturut-turut.

Ini menunjukkan semakin banyak rumah tangga memanfaatkan nilai rumah mereka untuk konsumsi atau restrukturisasi utang.

Dengan total utang rumah tangga menembus US$18,39 triliun dan lonjakan gagal bayar pada utang mahasiswa, pembuat kebijakan di AS menghadapi dilema besar.

Di satu sisi, konsumsi berbasis utang membantu menopang pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain, tingginya beban utang, terutama dengan tingkat gagal bayar yang meningkat, berisiko membebani sistem keuangan dan melemahkan ketahanan ekonomi dalam jangka panjang. (EP)

banner 400x130

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *