Graz, Austria — Suara tembakan menggema dari dalam BORG Dreierschützengasse High School di kota Graz, Austria, sekitar pukul 10 pagi waktu setempat.
Tak lama kemudian, sirene polisi, deru helikopter, dan jeritan panik memenuhi udara. Kota berpenduduk 300 ribu itu mendadak lumpuh oleh tragedi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Seorang mantan siswa berusia 21 tahun, yang belum disebutkan identitasnya, membuka tembakan ke arah teman-teman lamanya, guru, dan siapa pun yang berada di dekatnya.
Akibatnya, 10 orang tewas, termasuk 6 perempuan dan 4 laki-laki, serta 12 orang lainnya luka-luka, sebelum pelaku akhirnya mengakhiri hidupnya sendiri di kamar mandi sekolah.
Denting Peluru di Tengah Pelajaran
- Pukul 10.00 pagi: Polisi menerima laporan adanya suara tembakan dari sekolah BORG Dreierschützengasse, hanya 1 kilometer dari pusat kota Graz.
- Lebih dari 300 polisi dikerahkan. Di lokasi, mereka mendapati siswa-siswi berhamburan keluar, panik, dipandu oleh petugas bersenjata lengkap.
- Pelaku diketahui bertindak sendiri, membawa dua senjata: satu senjata laras panjang dan satu pistol, yang diketahui dimiliki secara legal.
- Ia kemudian menembak dirinya sendiri di dalam toilet sekolah.

Menurut Menteri Dalam Negeri Austria, Gerhard Karner, pelaku adalah mantan siswa sekolah tersebut yang tidak menyelesaikan studinya, meski belum diketahui pasti kapan ia keluar.
“Tak ada catatan kriminal sebelumnya dari pelaku,” ujar Gerald Ortner, Kepala Polisi Regional Styria, dikutip dari Austrian Press Agency.
Pelaku memiliki izin kepemilikan senjata legal, sebuah fakta yang kembali memicu perdebatan soal regulasi senjata di Austria.
Hari Berkabung dan Hening Nasional
Tragedi ini langsung mengguncang seluruh Austria. Kanselir Christian Stocker menyebut kejadian ini sebagai: “Hari tergelap dalam sejarah negara kita.”
- Pemerintah menetapkan 3 hari berkabung nasional.
- Bendera Austria diturunkan setengah tiang di semua kantor pemerintahan.
- Mengheningkan cipta secara nasional.
Metin Özden, seorang pemilik restoran kebab di dekat sekolah, menggambarkan suasana yang mengerikan.
“Saya tahu sesuatu yang buruk sedang terjad. Saya belum pernah melihat begitu banyak layanan darurat dalam hidup saya,” ujar Ozden kepada harian Krone Zeitung.
Ia melihat orang tua menangis di jalanan, berlari menuju sekolah, berharap kabar anak-anak mereka selamat.
- 158 tenaga medis dan 65 ambulans diterjunkan ke lokasi oleh Palang Merah Austria.
- 40 psikolog khusus disiagakan untuk mendampingi siswa dan orang tua.
- Palang Merah juga mengimbau warga Graz untuk berdonor darah, guna membantu para korban luka-luka.
Penembakan ini menjadi insiden paling mematikan dalam sejarah Austria modern, mengalahkan tragedi penembakan Vienna 2020 yang menewaskan 4 orang (dilakukan oleh simpatisan ISIS).
Bahkan juga melebihi tabrakan massal Graz 2015, ketika seorang pria mengemudikan SUV dan menewaskan 3 orang serta melukai lebih dari 30 lainnya.

Hukum Kepemilikan Senjata
Austria dikenal memiliki tradisi berburu yang kuat, dan hukum kepemilikan senjata yang lebih longgar dibanding negara Uni Eropa lain.
Berdasarkan European Union Firearms Directive & Austrian Gun Law Overview atau aturan kepemilikan senjata di Uni Eropa dan Austria :
- Senjata laras panjang seperti senapan bolt-action, dapat dibeli oleh orang berusia 18 tahun ke atas tanpa izin khusus.
- Senjata otomatis dan semi-otomatis membutuhkan kartu izin senjata api, dan izin penggunaan khusus.
- Dealer hanya perlu memeriksa apakah pembeli memiliki larangan kepemilikan senjata, dan seluruh pembelian dicatat dalam daftar senjata nasional.
Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab: Apa motif pelaku ? Apa yang memicu kemarahannya ? Hingga kini penyelidikan masih berlangsung. (VT)