Den Haag, Belanda – Di tengah hiruk pikuk keamanan super ketat dan gedung megah World Forum yang dibanjiri bendera negara-negara NATO, satu nama mendominasi seluruh percakapan: Donald Trump.
Meskipun 32 pemimpin hadir, suasana di KTT NATO 2025 lebih terasa seperti satu acara tunggal yang dirancang untuk menyenangkan satu orang tamu penting, yaitu Presiden Amerika Serikat.
KTT NATO kali ini merupakan KTT NATO yang terpendek dan termahal sepanjang sejarah, karena :
- Durasi utama pertemuan: hanya 3 jam
- Komunike akhir: hanya 5 paragraf
- Biaya keamanan: €183,4 Juta atau sekitar Rp 3,3 Triliun
- Polisi Belanda gelar operasi pengamanan terbesar dalam sejarah nasional
KTT ini awalnya akan digelar pada 24–25 Juni 2025, seolah menjadi panggung bagi Mark Rutte, Sekretaris Jenderal NATO yang baru, untuk menunjukkan satu hal: bahwa ia bisa mengelola Trump.
Namun, kompromi besar harus dibayar mahal. Isu krusial seperti strategi menghadapi Rusia dan masa depan Ukraina dihapus dari agenda utama.
“Semuanya dikemas agar tidak memicu reaksi Trump. Ini soal menekan tombol yang tepat,” ujar Ed Arnold, Analis Pertahanan dari Think Tank RUSI, dikutip dari BBC News.
Donald Trump Bukan Sekadar Tamu, tapi Pemeran Utama

Sejak masa jabatan pertamanya, Trump tak pernah menyembunyikan rasa tidak sukanya pada NATO. Ia bahkan sempat meragukan prinsip dasar pertahanan kolektif (Pasal 5).
Dalam KTT sebelumnya, ia mengecam negara Eropa karena tidak memenuhi target pengeluaran militer 2% dari PDB, dan kini, ia datang lagi dengan target lebih ambisius: 5% dari PDB.
“Trump selalu ingin tampil sebagai pemenang. KTT ini dibuat untuk memberinya kemenangan politik,” tambah Arnold.
Namun, dorongan Trump ternyata mendapat respons campur aduk. Beberapa negara seperti Polandia, Estonia, dan Lituania yang berada dekat dengan Rusia sudah mulai menaikkan belanja pertahanan mereka. Sementara negara negara lain masih tertinggal.
Menurut Kurt Volker, mantan Dubes AS untuk NATO, “Trump bukan yang pertama mengkritik, tapi dia yang paling berhasil memaksa perubahan. Banyak pemimpin Eropa tak suka pendekatannya, tapi mereka sadar ini perlu.”
Kompromi Rutte: Target Baru, Tapi Definisi Kabur
Untuk menghindari tekanan langsung dari Trump, Mark Rutte menyusun formula “kompromi”:
- 3,5% dari PDB untuk belanja pertahanan inti
- 1,5% untuk pengeluaran pertahanan tak langsung seperti infrastruktur dan industri militer
Namun, batas antara belanja pertahanan langsung dan tak langsung sangat kabur. “Ini akan membuka ruang untuk banyak ‘akuntansi kreatif’,” ungkap Arnold.
Sementara itu, negara seperti Spanyol langsung menganggap target ini tidak realistis. Di Inggris, PM Keir Starmer hanya menyebut bahwa target 3% akan dicapai “di masa pemerintahan mendatang” tanpa komitmen waktu yang pasti.
Ukraina Ditinggalkan, Rusia Tak Dibahas
Yang paling mencolok dari KTT ini adalah penghapusan isu Rusia dan Ukraina dari pembahasan utama. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky hanya diundang makan malam dan tidak duduk di forum utama Dewan Atlantik Utara.
Padahal menurut pernyataan Rutte sebelumnya (dilansir Politico, 15/06/25), NATO memerlukan beberapa poin, yaitu:
- Peningkatan 400% pada sistem pertahanan udara dan rudal
- Tambahan ribuan kendaraan tempur dan jutaan peluru artileri
- Kesiapan penuh untuk ancaman invasi Rusia dalam 5 tahun ke depan
Namun, Trump dan sekutunya tak ingin topik itu mengganggu atmosfer “positif.”
Sebuah ironi: KTT dengan pengamanan termahal dan peserta terbanyak, justru menghasilkan pembicaraan tersingkat dan pernyataan paling hambar.
Pakar Militer, Jenderal Christopher Donahue, yang juga Panglima Militer AS di Eropa, bahkan sempat memperingatkan bahwa kemampuan NATO saat ini tidak cukup untuk mempertahankan wilayah sensitif seperti Koridor Suwalki—wilayah strategis antara Polandia dan Lithuania yang berbatasan dengan enklave Rusia, Kaliningrad.
Namun peringatan itu pun tidak cukup kuat untuk membuat isu Rusia masuk agenda resmi.(YA)