Panen Cuan dari Laut: Kisah Inspiratif Budidaya Landak Laut di Sulawesi Selatan

Inovasi Ekonomi Umat Melalui Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Digagas BSI & Baznas

Kab. Pangkep – Di tengah hamparan biru laut Sulawesi Selatan, sebuah kisah inspiratif tentang pemberdayaan ekonomi mulai terukir.

Kini masyarakat pesisir di Desa Mattaro Adae, Kabupaten Pangkep, dan Kelurahan Barrang Caddi, Kepulauan Sangkarrang, Kota Makassar, menemukan potensi baru yang menjanjikan, budidaya landak laut atau yang akrab disebut bulu babi.

Program budidaya itu tak hanya membuka lembaran baru bagi perekonomian lokal, tetapi juga menjadi bukti nyata sinergi antara filantropi Islam dan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Program pengembangan ini digagas sebagai bagian dari penyaluran zakat, infak, dan sedekah yang dikelola oleh BSI (Bank Syariah Indonesia) bekerja sama dengan Baznas.

Lebih dari sekadar bantuan finansial, inisiatif ini dirancang untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang berkelanjutan, sejalan dengan visi pemerintah untuk mengoptimalkan potensi maritim Indonesia.

Potensi Emas dari Dasar Samudera

Memilih landak laut bukan tanpa alasan. Komoditas laut ini dikenal memiliki nilai jual yang sangat tinggi, terutama untuk pasar ekspor, dengan Jepang sebagai salah satu pembeli utamanya.

  • Gonad Landak Laut, bagian yang paling diminati, menjadi primadona karena cita rasanya yang unik dan kandungan nutrisinya.
  • Permintaan global terhadap Landak Laut, terutama dari negara-negara Asia Timur, terus meningkat. Ini menjadi jaminan pasar yang stabil bagi para pembudidaya.
  • Harga jual Gonad Landak Laut yang tinggi, menjanjikan pendapatan signifikan bagi masyarakat pesisir.
  • Sulawesi Selatan memiliki kekayaan laut melimpah, dan Landak Laut adalah salah satu aset tersembunyi yang kini mulai digarap optimal.

Untuk mewujudkan mimpi besar ini, BSI mengalokasikan dana fantastis yang angkanya menunjukkan keseriusan dalam menggarap sektor ini dan potensi produksi yang luar biasa.

“Anggaran yang kami siapkan untuk klaster ini mencapai Rp 5,2 Miliar, dan saat ini sudah menjangkau 100 kepala keluarga. Target produksi harian Gonad Landak Laut bisa mencapai 200–500 kg, dengan kebutuhan bahan baku sekitar 2,5–5 ton per hari,” ungkap Direktur Sales & Distribution BSI, Anton Sukarna dalam keterangan  tertulis yang diterina Newslink Indonesia.

Sebuah Ekosistem Terintegrasi

Dukungan juga datang dari pemerintah daerah. Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman sangat mengapresiasi program ini.

Menurutnya, pembangunan ekosistem yang menyeluruh, mulai dari produksi hingga pemasaran, adalah kunci keberhasilan.

Jaminan Pasar (Off-taker), menjadi salah satu keunggulan program ini, dan adanya jalinan kerja sama dengan off-taker atau pembeli hasil produksi, memastikan bahwa hasil panen tidak akan kesulitan menemukan pasar.

Program ini tidak hanya fokus pada bagaimana menghasilkan produk, tetapi juga memikirkan bagaimana produk tersebut dapat disalurkan dan memiliki nilai tambah setelah panen.

“Kadang kami pemerintah kalau sudah mengembangkan produksi komoditas tertentu, biasa bingung mau jual ke mana, akhirnya barangnya tak terjual. Nah ini sudah ada off-taker jadi bagus, artinya ekosistem hulu ke hilirnya jalan,” ujar Andi Sudirman dikutip dari keterangan resmi Pemprov Sulsel.

Melalui inisiatif ini, Landak Laut bukan lagi sekadar biota laut, melainkan simbol harapan dan kemandirian ekonomi bagi masyarakat pesisir Sulawesi Selatan.

Sebuah langkah konkret menuju pembangunan yang berkelanjutan, dimulai dari desa,menuju pasar global. (YA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *