Paris, Prancis — Sebuah keputusan pengadilan yang mengguncang dunia politik Prancis: Pemimpin sayap kanan Marine Le Pen dihukum penipuan dan dilarang mencalonkan diri dalam jabatan publik selama lima tahun. Keputusan ini bukan hanya mengancam ambisi Le Pen untuk kembali mencalonkan diri pada Pemilu Presiden 2027, tetapi juga bisa menjadi titik balik dalam dinamika politik Prancis.
Kehilangan Peluang 2027
Le Pen dijatuhi hukuman karena penyalahgunaan dana Uni Eropa untuk kepentingan partainya, dan sekarang dilarang mencalonkan diri hingga 2027. Ini merupakan pukulan telak bagi karir politiknya yang sudah dibangun selama puluhan tahun.
Dalam wawancaranya dengan TF1, Le Pen menyebut keputusan ini sebagai “langkah politik” yang ditujukan untuk menggagalkan peluangnya dalam pemilu mendatang. Ia menyatakan bahwa jutaan orang Prancis marah dan tidak akan membiarkan ini terjadi begitu saja.
Pendukung Le Pen, termasuk politisi muda Jordan Bardella, segera mengkritik keputusan ini sebagai “pembunuhan demokrasi.” Bahkan Viktor Orbán, Perdana Menteri Hungaria yang terkenal dengan kebijakan populis, menyatakan dukungannya terhadap Le Pen di media sosial.
Politik atau Hukum ?
Pengadilan memutuskan bahwa Le Pen dan sejumlah anggota partainya melakukan penipuan dengan mengalihkan dana yang seharusnya untuk staf Parlemen Eropa, menjadi dana untuk kepentingan partai. Le Pen menanggapi dengan tegas bahwa ini adalah pelanggaran terhadap prinsip negara hukum.
Keputusan ini tidak hanya menurunkan peluang Le Pen dalam pemilu mendatang, tetapi juga menciptakan ketidak-pastian bagi pemilu 2027. Meskipun Le Pen dapat mengajukan banding, proses tersebut bisa memakan waktu bertahun-tahun, sementara pemilu semakin dekat. Keputusan itu juga mengubah lanskap politik Prancis.
Sementara sebagian mendukung hukuman ini sebagai langkah untuk menjaga integritas demokrasi, yang lain melihatnya sebagai cara untuk menghilangkan pesaing kuat di pemilu mendatang. Bagaimana nasib Le Pen? Apakah bandingnya akan mengembalikan harapan karir politiknya, atau justru semakin memperkeruh jalannya menuju kursi presiden? (YA)