Washington, AS — Presiden Donald Trump secara langsung meminta Israel untuk “segera” menghentikan serangan bom di Gaza.
Perintah ini dikeluarkan setelah kelompok militan Palestina, Hamas, menyetujui sebagian dari rencana gencatan senjata yang diajukan oleh Trump.
Ini adalah langkah terdekat kedua pihak dalam dua tahun terakhir, untuk mengakhiri konflik yang menghancurkan.
Dalam sebuah pernyataan di platform media sosialnya, Truth Social, Trump menulis, “Berdasarkan pernyataan yang baru saja dikeluarkan oleh Hamas, saya yakin mereka siap untuk perdamaian yang abadi.”
“Israel harus segera menghentikan pemboman Gaza, agar kita dapat mengeluarkan para sandera dengan aman dan cepat!” tambahnya.
Apa Yang Disetujui Hamas ?
Hamas telah sepakat untuk membebaskan semua sandera yang mereka tahan, sebagai imbalan bagi pembebasan para tahanan Palestina di penjara Israel.
Mereka juga menyatakan kesiapan untuk menyerahkan kekuasaan pemerintahan di Jalur Gaza kepada “badan teknokrat independen” yang didukung oleh negara-negara Arab dan Islam.
Hal ini sesuai dengan sebagian dari proposal yang diajukan oleh Trump. Namun, kelompok militan tersebut masih meminta negosiasi lebih lanjut terkait isu-isu lain dalam proposal tersebut.
Salah satu poin kunci yang belum disetujui adalah pelucutan senjata Hamas, yang merupakan bagian penting dari rencana Trump.

Reaksi Israel & Dunia
Meskipun Hamas hanya menyetujui sebagian rencana tersebut, kantor Perdana Menteri Israel mengindikasikan kesiapan untuk “implementasi segera” dari tahap pertama rencana tersebut, yaitu pembebasan sandera.
Pernyataan ini menunjukkan fleksibilitas dari pihak Israel yang jarang terjadi sebelumnya.
Pakar politik internasional melihat Trump sebagai satu-satunya pemimpin dunia yang memiliki pengaruh cukup besar untuk meyakinkan Netanyahu, agar setuju dengan kesepakatan gencatan senjata.
Merespons perkembangan ini, komunitas internasional menyambut baik langkah tersebut.
Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB “mendesak semua pihak untuk memanfaatkan kesempatan ini guna mengakhiri konflik tragis di Gaza,” dikutip dari The Guardian.
Sementara itu, Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer menyerukan agar rencana Trump diimplementasikan “tanpa penundaan,” menyebut persetujuan Hamas sebagai “langkah maju yang signifikan.”
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan Kanselir Jerman, Friedrich Merz, juga menyatakan dukungannya.
“Setelah hampir dua tahun, ini adalah kesempatan terbaik untuk perdamaian,” ungkap Merz.

Krisis Kemanusiaan Mendesak
Konflik di Gaza telah berlangsung selama hampir dua tahun, sejak serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023. Perang ini telah menyebabkan penderitaan kemanusiaan yang luar biasa.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 60.000 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, tewas, dan sekitar 170.000 lainnya terluka.
Dengan blokade bantuan Israel yang terus berlanjut dan pemboman harian, situasi di Gaza sangat mengerikan. Fakta ini juga menjadi tekanan bagi Hamas untuk mencapai kesepakatan.
Meskipun Hamas belum sepenuhnya setuju untuk meletakkan senjata, kesediaannya untuk menyerahkan sandera merupakan langkah yang sangat penting.
Para sandera, yang berjumlah 48 orang, telah menjadi alat tawar-menawar utama selama perang. Menyerahkan mereka berarti Hamas hanya akan memiliki sedikit “kartu” yang bisa digunakan di masa depan. (YA)





