New York, AS – Zohran Mamdani, seorang imigran kelahiran Uganda yang datang ke New York saat berusia 7 tahun, baru-baru ini menggegerkan jagat politik Amerika.
Politikus berhaluan demokrat sosial ini menang dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat untuk Pemilihan Walikota New York 2025, mengalahkan mantan Gubernur Andrew Cuomo dengan perolehan 43,5% suara.
Kemenangannya bukan hanya kejutan, tetapi juga menandai titik balik dalam diskusi seputar keadilan fiskal dan ras di Amerika Serikat.
Namun, di balik sorotan kemenangan tersebut, Mamdani menjadi pusat badai kontroversi karena salah satu janji kebijakan yang tertuang dalam dokumen resmi kampanyenya.
Ia berjanji mengalihkan beban pajak dari kawasan minoritas ke wilayah yang “lebih kaya dan lebih putih.”

Apa yang Diusulkan Mamdani ?
Dalam dokumen bertajuk “Supporting Homeowners and Ending Deed Theft” di situs kampanyenya, Mamdani menyoroti ketimpangan dalam sistem perpajakan properti di NYC.
“Sistem pajak properti saat ini tidak seimbang karena batas penilaian buatan, sehingga pemilik rumah di lingkungan mahal membayar lebih sedikit dari yang seharusnya.” Dikutip dari Dokumen Resmi Kampanye 2025 Zohran Mamdani.
Dalam kampanyenya di bidang properti, Mamdani berjanji akan melakukan beberapa hal seperti :
- Menurunkan persentase penilaian untuk semua kelas properti
- Menyesuaikan tarif pajak untuk meningkatkan kontribusi dari rumah-rumah mewah di kawasan seperti Park Slope, Upper East Side, dan Brooklyn Heights
- Mengurangi pajak bagi pemilik rumah di daerah seperti Jamaica, Brownsville, dan Tremont, yang didominasi komunitas kulit hitam dan Latino
Kebijakan Mamdani Menjadi Isu Nasional

Reaksi keras pun datang, terutama dari kubu konservatif. Beberapa tokoh menyebut rencana ini sebagai kebijakan “rasialis terbalik” yang mendiskriminasi berdasarkan warna kulit.
Bahkan muncul seruan ekstrem dari kelompok New York Young Republican Club (NYYRC) agar Mamdani dicabut kewarga-negaraannya dan dideportasi.
Stephen Miller, Penasihat Senior Gedung Putih dan Arsitek Kebijakan Imigrasi era Trump menyebut kemenangan Mamdani sebagai “peringatan paling jelas tentang dampak kegagalan mengendalikan migrasi.”
Presiden Trump juga tak tinggal diam. Di platform Truth Social, ia menyebut Mamdani: “Seorang Komunis Gila 100%”
- Menurut The Associated Press, Mamdani meraih 43,5% suara, sementara Cuomo hanya 36,4%.
- Polymarket, situs taruhan politik, memberi Mamdani peluang 73,6% untuk menang pada pemilu walikota November mendatang.
- Berdasarkan laporan NYC Independent Budget Office (IBO), rumah-rumah mewah di Manhattan memang membayar pajak yang lebih rendah per dolar nilai pasar dibanding rumah sederhana di wilayah lain.
Menurut Neama Rahmani, Presiden West Coast Trial Lawyers dan mantan jaksa federal, “Seruan untuk mencabut kewarganegaraan Mamdani berdasarkan keyakinan politik adalah tidak konstitusional dan tidak berdasar secara hukum.”
Di tengah gelombang serangan dan retorika ekstrem, Mamdani tetap tenang. “Seperti hampir 40% warga New York, saya tidak lahir di negara ini. Saya pindah ke sini pada usia 7 tahun. Ini rumah saya. Saya bangga menjadi warga negara, yang berarti berdiri membela Konstitusi,” tulis Zohran Mamdani via akun Media Sosial X.
Arah Politik New York di Persimpangan Jalan

Pemilihan Walikota New York 2025 menjadi medan uji utama ideologi: antara status quo yang diwakili oleh Eric Adams (yang kini maju sebagai independen) dan platform transformasional Mamdani yang ingin mengguncang sistem pajak, memperluas layanan publik, dan membalik skala prioritas anggaran kota.
Dengan Mamdani unggul dalam jajak taruhan dan mengusung visi radikal ala “Kota untuk Rakyat, bukan untuk Elite,” warga New York dihadapkan pada pilihan besar: mempertahankan jalur konservatif-berkembang ala Adams, atau menjajal terobosan revolusioner di tangan imigran muda yang menjanjikan pemerataan dan keadilan sosial.
Pemilu akan digelar 4 November 2025. Apapun hasilnya, pertarungan ini telah mengangkat diskusi publik ke ranah yang lebih dalam soal ras, keadilan ekonomi, dan siapa yang sebenarnya berhak menentukan arah masa depan kota terbesar di Amerika. (YA)





