Trump Umumkan Tarif Baru, China Hentikan Kesepakatan TikTok!

China Tidak Menyetujui Kesepakatan, Sampai Ada Negosiasi Perdagangan & Tarif

Washington, Amerika Serikat – Donald Trump, pada Jumat (4/4/2025), kembali menunda larangan aplikasi TikTok di Amerika Serikat selama 75 hari. Penundaan itu dilakukan untuk memberikan waktu lebih bagi pemerintah AS, dalam menegosiasikan kesepakatan yang akan membuat TikTok dimiliki oleh perusahaan Amerika.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyatakan di media sosial miliknya, “bahwa administrasi saya telah bekerja sangat keras untuk menyelamatkan TikTok, dan kami telah membuat kemajuan besar. Kesepakatan ini membutuhkan lebih banyak pekerjaan untuk memastikan semua persetujuan yang diperlukan ditandatangani, itulah mengapa saya menandatangani Perintah Eksekutif untuk menjaga TikTok tetap berjalan selama 75 hari lagi.”

  • Latar Belakang Larangan Aplikasi TikTok
    • Kongres AS telah memerintahkan ByteDance, perusahaan induk TikTok yang berbasis di China, untuk menjual TikTok sebelum 19 Januari 2025.
    • Jika tidak dijual, TikTok akan dilarang di AS karena alasan keamanan nasional.
    • Pemerintahan Presiden Trump telah berupaya menegosiasikan kesepakatan, agar TikTok dapat terus beroperasi di AS.

Pejabat Gedung Putih merasa bahwa mereka telah hampir mencapai kesepakatan, agar operasi TikTok dipisahkan menjadi perusahaan baru yang berbasis di AS dan dimiliki serta dioperasikan oleh mayoritas investor Amerika, dengan ByteDance dari China mempertahankan posisi minoritas.

Kesepakatan yang hampir tercapai tersebut dibangun dalam beberapa bulan terakhir, dengan tim Wakil Presiden JD Vance melakukan negosiasi langsung dengan beberapa investor potensial dan pejabat dari ByteDance.

  • Hambatan Negosiasi
    • Kesepakatan hampir tercapai, di mana TikTok akan dipisahkan menjadi perusahaan baru yang dimiliki oleh investor Amerika.
    • Namun, China tiba-tiba menghentikan kesepakatan tersebut setelah Trump mengumumkan tarif global baru, termasuk terhadap China.

Perwakilan ByteDance menghubungi Gedung Putih untuk memberi tahu, bahwa China tidak akan menyetujui kesepakatan tersebut sampai ada negosiasi lebih lanjut mengenai perdagangan dan tarif.

Juru bicara ByteDance mengonfirmasi, “bahwa perusahaan tersebut sedang mendiskusikan “solusi potensial” dengan pemerintah AS, namun menekankan bahwa kesepakatan belum dilaksanakan.  Sejumlah hal penting masih perlu diselesaikan, dan bahwa kesepakatan apa pun nantinya harus sesuai dengan hukum China,” seperti dikutip Reuters melalui pernyataan resmi di platform WeChat.

  • Reaksi dan Kontroversi Aplikasi TikTok
    • TikTok menyatakan bahwa mereka memprioritaskan keselamatan pengguna.
    • Kementerian Luar Negeri China membantah tuduhan, bahwa mereka meminta perusahaan untuk mengumpulkan data pengguna di negara asing.
    • Beberapa ahli hukum menyatakan bahwa tindakan Trump melanggar hukum, karena penundaan larangan seharusnya memerlukan pemberitahuan resmi kepada Kongres.

Menurut Profesor Hukum di Universitas Minnesota, Alan Rozenshtein, “secara hukum memungkinkan satu kali perpanjangan 90 hari, tetapi hanya jika ada kesepakatan yang jelas dan pemberitahuan resmi kepada Kongres.”

Keputusan Trump untuk memperpanjang masa hidup TikTok melalui perintah eksekutif ini, merupakan kali kedua ia menangguhkan undang-undang 2024 yang melarang aplikasi video sosial populer itu, setelah tenggat waktu bagi ByteDance untuk menjualnya.

Undang-undang tersebut disahkan dengan dukungan bipartisan di Kongres, dan didukung sepenuhnya oleh Mahkamah Agung yang menyatakan bahwa larangan itu diperlukan untuk alasan keamanan nasional.

  • Dukungan Publik Terhadap Tiktok Menurun
    • Survei menunjukkan bahwa dukungan publik terhadap larangan TikTok di AS menurun.
    • Sepertiga orang Amerika mendukung larangan TikTok, turun dari 50% pada Maret 2023.
    • Sepertiga lainnya menentang larangan tersebut.
    • Persentase serupa atau sepertiga lagi mengatakan mereka tidak yakin.

Data itu berdasarkan survei terbaru dari Pew Research Center, yang menemukan bahwa dukungan publik terhadap larangan TikTok di AS menurun drastis sejak 2023 lalu.

  • Dampak dan Kekhawatiran
    • Jika algoritma TikTok tetap dikendalikan oleh ByteDance, kekhawatiran keamanan nasional tetap ada.
    • Pembuat konten TikTok merasa lelah dengan ketidak-pastian yang terus berlanjut.

CEO platform perlindungan privasi dan keamanan siber BlackCloak, Chris Pierson mengatakan bahwa, “jika algoritma tetap dikendalikan oleh ByteDance, maka algoritma tersebut tetap dikendalikan oleh perusahaan yang berada di negara asing yang bermusuhan, yang sebenarnya dapat menggunakan data itu untuk tujuan lain.”

Seorang Pembuat Konten dengan 1,5 juta pengikut di TikTok, Terrell Wade, mengatakan, bahwa dia telah mencoba untuk mengembangkan kehadirannya di platform lain sejak Januari. “Saya senang ada perpanjangan, tetapi jujur, melalui proses ini lagi terasa sedikit melelahkan. Setiap kali tenggat waktu baru muncul, rasanya semakin sedikit ancaman nyata, tetapi sulit untuk terus merespons dengan urgensi yang sama setiap kali. Saya hanya berharap kita segera mendapatkan kejelasan, lebih agar para pembuat konten seperti saya dan konsumen bisa fokus.”

Penundaan larangan TikTok oleh Trump memperpanjang drama seputar platform media sosial populer ini di AS. Masa depan TikTok di Amerika Serikat masih belum pasti, dan akan sangat bergantung pada hasil negosiasi antara pemerintah AS dan China dalam 75 hari mendatang. (YA)

Baca juga : 7 Alasan TikTok Pilih Thailand Ketimbang Indonesia!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *