Jakarta – Bisnis barbershop di Indonesia semakin berkembang, seiring meningkatnya kesadaran pria akan pentingnya perawatan diri. Namun, di tengah persaingan yang semakin ketat, Mujib, seorang pengusaha muda, berhasil membangun dan mengembangkan Doels Barbershop, yang kini memiliki 12 cabang di berbagai kota, termasuk Jakarta, Cibubur, Tegal, Slawi, Bekasi, Bogor, dan Yogyakarta.
Namun, perjalanan Mujib dalam membangun bisnis ini tidaklah mudah. Ia mengungkapkan bahwa menjalankan barbershop bukan sekadar menyediakan jasa potong rambut, tetapi juga menghadapi berbagai tantangan operasional.
“Banyak tantangan yang harus dihadapi, mulai dari pegawai yang sering keluar masuk, menjaga kualitas layanan, hingga menghadapi persaingan harga yang semakin ketat,” ungkap Mujib.
Tantangan dalam Bisnis Barbershop
Salah satu tantangan utama dalam industri barbershop adalah tingginya turnover karyawan. Banyak barber berpindah tempat kerja untuk mencari gaji lebih tinggi atau mencoba membuka usaha sendiri. Mujib mengatasi hal ini dengan memberikan pelatihan khusus bagi pegawainya serta menerapkan sistem insentif agar mereka tetap loyal.
Selain itu, faktor persaingan harga dan kualitas layanan juga menjadi tantangan besar. Banyak barbershop baru muncul dengan konsep menarik dan harga lebih murah. Mujib menyadari bahwa mempertahankan pelanggan bukan hanya soal tarif yang kompetitif, tetapi juga pengalaman pelanggan.
“Orang tidak hanya datang untuk potong rambut, mereka juga ingin suasana yang nyaman dan pelayanan terbaik. Karena itu, saya fokus pada standar pelayanan, mulai dari kebersihan tempat, teknik potong rambut, hingga keramahan dari barber,” jelasnya.

Dengan latar belakang sebagai akuntan, Mujib memiliki kejelian bisnis yang membantunya mengembangkan Doels Barbershop lebih dari sekadar tempat potong rambut. Ia mulai membangun ekosistem bisnis, termasuk menjual kursi barber dan membuka kursus pelatihan barber.
“Kami ingin bisnis ini tidak hanya sekadar jasa potong rambut. Karena itu, saya juga menjual perlengkapan barbershop dan memberikan pelatihan bagi mereka yang ingin terjun ke industri ini,” ujar Mujib.
Strategi ini terbukti efektif, karena selain meningkatkan pendapatan, juga memperluas jaringan bisnisnya. Banyak lulusan kursus Mujib yang akhirnya bekerja di cabang Doels Barbershop atau bahkan membuka barbershop sendiri.
Perang Tarif: Dari Rp15 Ribu hingga Ratusan Ribu Rupiah
Salah satu tantangan terbesar dalam bisnis barbershop adalah perang tarif. Saat ini, harga jasa potong rambut di Indonesia sangat bervariasi, mulai dari Rp15 ribu di pinggir jalan hingga ratusan ribu rupiah di barbershop premium.
Mujib mengungkapkan bahwa persaingan harga ini sering menjadi dilema bagi pengusaha barbershop. “Ada banyak barbershop yang menawarkan harga murah, bahkan di bawah standar, untuk menarik pelanggan. Tapi di sisi lain, ada juga yang menjual eksklusivitas dengan harga ratusan ribu,” ujarnya.
Sebagai pemain di segmen kelas menengah, Doels Barbershop berstrategi agar tidak terjebak dalam perang harga yang merugikan. Mujib lebih memilih meningkatkan kualitas layanan daripada menurunkan tarif secara drastis.
“Kami tetap menjaga harga yang masuk akal, tetapi fokus kami ada di kualitas. Pelanggan tidak hanya mencari harga murah, tapi juga pengalaman dan hasil potong rambut yang memuaskan,” jelasnya.
Masa Depan Bisnis Barbershop
Mujib optimistis bahwa industri barbershop masih memiliki peluang besar di Indonesia. Dengan tren male grooming yang terus berkembang, kebutuhan akan barbershop berkualitas tetap tinggi. Meskipun persaingan semakin ketat, peluang tetap terbuka bagi mereka yang mampu berinovasi.
“Selama ada laki-laki yang butuh potong rambut, bisnis ini akan tetap hidup. Yang penting, kita harus terus berkembang, mengikuti tren, dan memahami apa yang diinginkan pelanggan,” pungkasnya.
Dengan strategi yang tepat dan semangat pantang menyerah, Mujib membuktikan bahwa bisnis barbershop bukan hanya sekadar jasa potong rambut, tetapi juga bisa berkembang menjadi bisnis yang menjanjikan. (Ep)