Mekkah, Arab Saudi – Di bawah teriknya matahari Mekkah dan padatnya jutaan langkah yang menuju satu tujuan suci, ada satu hal yang nyaris tak terlihat tetapi sangat terasa dampaknya, yaitu sampah plastik.
Botol air mineral berserakan, kantong plastik menumpuk, dan alat makan sekali pakai menjadi “jejak” yang tertinggal setelah jutaan jamaah menunaikan Haji.
Namun, Haji tahun ini menghadirkan semangat baru. Bukan hanya soal spiritualitas, tapi juga kepedulian terhadap bumi.
Ancaman Nyata di Tanah Suci
Menurut data dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, jumlah jamaah Haji tahun ini diperkirakan mencapai lebih dari 2 juta orang.
Bila satu jamaah membuang dua botol plastik sehari saja, akan ada lebih dari 10 juta botol plastik berserakan dalam sepekan.
“Sampah plastik bukan hanya mencemari lingkungan, tapi mencederai kesucian tempat ibadah,” ujar Aboobacker Yousuf, Chairman Green Bags Saudi, seperti dikutip dari Arab News.

Beberapa inisiatif kini muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap “banjir plastik” diantaranya seperti :
- Tas Kain Gantikan Plastik : Perusahaan lokal seperti Green Bags Saudi memproduksi tas dari jute, katun, dan kanvas. Tas ini bisa digunakan ulang untuk membawa perlengkapan ibadah dan oleh-oleh.
- Botol Minum Isi Ulang : Jamaah didorong membawa botol pribadi dan mengisi ulang di titik-titik air zamzam yang sudah tersedia di berbagai lokasi.
- Perlengkapan Ramah Lingkungan : Kit perlengkapan seperti alat makan biodegradable, sabun alami, dan pouch kain kini mulai ditawarkan oleh beberapa penyedia layanan Haji.
Sustainable Ihram, Program Daur Ulang
Pemerintah Saudi melalui Komisi Fashion meluncurkan Sustainable Ihram Initiative, sebuah program yang mengumpulkan dan mendaur ulang limbah tekstil seperti kain ihram, selimut, dan bantal.
“Kami menggabungkan nilai spiritual, budaya, dan tanggung jawab lingkungan dalam satu gerakan,” jelas Burak Cakmak, CEO Fashion Commission kepada Saudi Press Agency.

Di balik niat suci menunaikan rukun Islam kelima, kini ada kesadaran baru bahwa ibadah yang sempurna juga melibatkan kepedulian terhadap sesama, termasuk terhadap alam.
Dengan jutaan orang berkumpul di satu titik dalam waktu bersamaan, Haji menjadi momen yang sangat kuat untuk perubahan kolektif.
Bayangkan bila setiap jamaah mulai dari hal sederhana membawa botol minum sendiri, menolak kantong plastik, dan peduli membuang sampah pada tempatnya, betapa besarnya dampak bagi bumi dan generasi mendatang.
Musim Haji 2025 membuka lembaran baru, ibadah yang tak hanya suci secara spiritual, tapi juga bersih secara ekologis. Karena menjaga bumi adalah bagian dari amanah yang tak kalah mulia.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Kebersihan adalah sebagian dari iman.” — (HR. Muslim). Dan kini, iman itu bisa diwujudkan lewat aksi nyata di Tanah Suci. (YA)