Lombok – Nusa Tenggara Barat (NTB) dikenal sebagai salah satu sentra penghasil kopi terbaik di Indonesia. Tak kurang dari 22 varietas kopi tumbuh dan diproduksi oleh para petani lokal di Lombok dan Sumbawa.
Keberagaman ini menjadikan NTB sebagai surga bagi para pecinta kopi, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Salah satu varietas yang kini mulai mencuri perhatian adalah Kahawa Nangga, atau dikenal juga sebagai kopi nangka, yang berasal dari Desa Oi Bura, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima.
Dalam bahasa Bima, “Kahawa Nangga” berarti kopi nangka. Kopi ini termasuk dalam jenis Liberica, namun memiliki profil rasa yang unik, dengan aroma buah nangka yang khas.
Saat ini, Liberica di Oi Bura menjadi pohon indukan utama, menggantikan Arabica dan Robusta yang sebelumnya banyak dibudidayakan namun tidak lagi karena terserang hama.
Varietas langka ini menjadi simbol ketahanan dan kekayaan hayati kopi NTB. Oi Bura bukan hanya daerah penghasil kopi, tapi juga kawasan bersejarah.
Di desa ini masih berdiri perkebunan kopi peninggalan Belanda sejak awal abad ke-20. Bangunan gudang dan bekas pabrik pengolahan masih kokoh berdiri, menjadi saksi bisu kejayaan kopi Bima tempo dulu.
Kini, kawasan ini menjadi rumah bagi 17 varietas kopi unggulan, termasuk Kahawa Nangga. Total 1.500 hektare lahan kopi masih aktif dikelola oleh masyarakat lokal.
Namun, sistem pertanian di daerah ini masih didominasi oleh metode tradisional, termasuk pemrosesan pascapanen yang belum selektif.
Banyak petani masih memanen secara menyeluruh tanpa memisahkan buah berdasarkan tingkat kematangan atau jenis varietas, sehingga nilai jual kopi belum mencerminkan potensi sebenarnya.
Kahawa Nangga hadir sebagai hasil inovasi fermentasi alami dengan pendekatan lokal.
Kombinasi antara tanah vulkanik Tambora, iklim mikro yang stabil, dan penggunaan buah nangka dalam proses fermentasi membuat cita rasa kopi ini sangat berbeda dari fermentasi biasa.
Proses dilakukan tanpa bahan tambahan kimia, dengan kontrol ketat terhadap suhu dan waktu fermentasi, sehingga menghasilkan profil rasa manis alami, fruity, dengan aroma tropis yang kuat.
Inovasi ini tidak lepas dari peran petani muda, komunitas kopi lokal, dan pendamping desa wisata.
Mereka bersama-sama berupaya mengangkat kembali kejayaan kopi Tambora dalam wujud yang lebih modern dan diterima oleh pasar saat ini.
Menurut Anambo Tono, Praktisi Kopi & Pemilik Kedai Kopi Wangi-Wangi, Kahawa Nangga memiliki potensi besar untuk naik kelas di pasar nasional dan internasional.
“Kahawa Nangga ini bukan cuma kopi, tapi warisan rasa. Profilnya unik, ada manis nangka yang muncul di aroma dan aftertaste. Ini bisa jadi ikon kopi fermentasi dari Indonesia Timur kalau digarap serius,” ujar Anambo.
Ia juga menambahkan bahwa kopi fermentasi berbasis buah kini tengah menjadi tren global, dan NTB punya peluang besar untuk tampil sebagai pemain utama dengan pendekatan khas daerah.
“Di tengah tren kopi fermentasi buah di dunia, kopi dari NTB bisa tampil sebagai pembeda, apalagi dengan latar belakang sejarah dan varietas lokal yang belum banyak dikenal luas,” lanjutnya.
Selain Kahawa Nangga, NTB menyimpan kekayaan kopi yang luar biasa, dengan 22 varietas dari empat jenis utama, yaitu :
- Arabica
- Robusta
- Liberica
- Excelsa
Bahkan kopi Excelsa yang berasal dari Afrika, masih bisa ditemukan tumbuh subur di kawasan Sembalun, kaki Gunung Rinjani, Lombok.
Kedai Wangi-Wangi, sebagai pelaku usaha kopi lokal yang konsisten di NTB, telah berhasil memproduksi dan memasarkan 10 dari 22 varietas kopi khas NTB.
Produk-produk ini tidak hanya menyasar pasar lokal, tetapi juga mulai merambah pasar spesialti nasional, dengan dukungan kemasan, storytelling, hingga pelatihan langsung kepada petani. (Ep)
Baca juga :