London, Inggris – Ekonomi Inggris menunjukkan sinyal pemulihan, setelah mencatat pertumbuhan sebesar 0,7% pada kuartal pertama tahun 2025, melampaui ekspektasi analis yang hanya memproyeksikan 0,6%.
Menteri Keuangan Inggris, Rachel Reeves menyebut hasil ini sebagai tanda bahwa ekonomi Inggris “mulai berbalik arah”.
Dalam wawancara dengan BBC, Reeves mengatakan pertumbuhan tersebut “sangat menggembirakan”, meski mengakui bahwa krisis biaya hidup masih menghantui banyak keluarga.
Namun ia yakin bahwa kebijakan ekonomi pemerintahan Partai Buruh yang fokus pada investasi dan pertumbuhan, akan membuahkan hasil jangka panjang.
Namun, analis memperingatkan bahwa lonjakan pertumbuhan ini bisa bersifat sementara, karena sejumlah tekanan ekonomi baru telah mulai berlaku sejak April.
Tekanan tersebut termasuk juga kenaikan pajak perusahaan dan tarif impor dari AS, yang diperkirakan akan menekan kinerja ekonomi dalam beberapa bulan ke depan.
Pemerintah Inggris baru-baru ini juga menaikkan kontribusi Asuransi Nasional (National Insurance) bagi pemberi kerja, kebijakan yang langsung dikritik oleh oposisi sebagai “pajak atas lapangan kerja” yang bisa menghambat ekspansi bisnis.
Di sisi lain, meski Bank of England baru saja menurunkan suku bunga menjadi 4,25%, kuatnya angka pertumbuhan membuat pasar mulai meragukan apakah penurunan suku bunga akan terus berlanjut.
Dilansir dari BBC News, analis ekonomi dari Capital Economics dan HSBC juga menyampaikan peringatan, dengan menyebut bahwa pertumbuhan yang tinggi ini bisa jadi hanya efek sementara karena banyak aktivitas bisnis dipercepat sebelum tarif AS dan kenaikan pajak diterapkan. (YA)