Doha, Qatar – Suara ledakan yang mengguncang Doha, ibukota Qatar pada Selasa lalu bukan hanya memecah ketenangan, tetapi juga memicu gelombang kemarahan dan kecaman keras dari seluruh penjuru dunia.
Serangan udara Israel yang menargetkan pertemuan para pemimpin Hamas di Doha, di tengah puncak negosiasi gencatan senjata Gaza, dianggap sebagai pukulan telak terhadap upaya perdamaian dan pelanggaran serius terhadap hukum internasional.
Serangan ini memicu kemarahan besar dari Gedung Putih, bahkan segera menjadi sorotan global, dengan berbagai negara dan organisasi internasional serentak menyuarakan keprihatinan mendalam dan kecaman.
Reaksi Keras & “Terorisme Negara”
Gedung Putih, melalui pernyataan tegasnya yang dikutip oleh The Guardian, menyebut tindakan Israel ini “tidak memajukan tujuan Israel atau Amerika.”
Pernyataan ini menunjukkan bahwa bahkan sekutu terdekat Israel pun, sangat menyayangkan langkah militer yang dinilai sembrono.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa serangan itu adalah “operasi Israel yang sepenuhnya independen” dan memikul tanggung jawab penuh.
Namun, tanggapan keras datang dari Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, yang menuduh Israel sengaja menyabotase peluang perdamaian dan melakukan “terorisme negara.”
Ia menegaskan bahwa Qatar berhak menanggapi serangan “terang-terangan” ini, dan tidak akan membiarkan peran mediasi mereka terhenti.
Kecaman dari Berbagai Penjuru Dunia
Gelombang kecaman internasional juga mengalir deras, menunjukkan betapa seriusnya pelanggaran ini di mata dunia.
- Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mengutuk keras serangan itu sebagai “agresi brutal Israel, dan pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan Negara Qatar yang bersaudara.” Riyadh juga memperingatkan “konsekuensi serius” dari tindakan Israel yang melanggar hukum internasional.
- Turki, melalui Kementerian Luar Negerinya menyatakan bahwa serangan itu “menunjukkan Israel tidak bertujuan untuk mencapai perdamaian, tetapi malah melanjutkan perang,” menargetkan delegasi negosiator Hamas saat pembicaraan gencatan senjata berlangsung.
- Iran dan Pakistan juga mengecam keras, dengan Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif menyebutnya “provokasi paling berbahaya yang dapat membahayakan perdamaian dan stabilitas regional.”
- Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres tegas menyebut serangan itu “pelanggaran mencolok” terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Qatar.
- Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang menyatakan solidaritas dengan Emir Qatar, menyebut serangan itu “tidak dapat diterima, apa pun alasannya,” dan menekankan bahwa “perang tidak boleh menyebar di kawasan itu.”
- Inggris Raya memperingatkan terhadap “eskalasi kekerasan lebih lanjut” dan menegaskan tidak memiliki informasi awal tentang serangan tersebut.
- Negara-negara lain seperti Mesir, Kuwait, Yordania, Irak, Suriah, Maladewa, Lebanon, Maroko, Aljazair, dan Dewan Kerja Sama Teluk turut bersatu dalam mengutuk serangan ini.
Dampak Diplomatik & Jalan Buntu Perdamaian
Serangan brutal ini bukan hanya merenggut nyawa, tetapi juga secara fundamental mengguncang fondasi diplomasi perdamaian di Timur Tengah.

Insiden ini terjadi kurang dari dua minggu setelah Kepala Staf Militer Israel, Letjen Eyal Zamir, bersumpah untuk menargetkan para pemimpin Hamas di luar negeri, seolah menjadi kenyataan pahit bagi harapan gencatan senjata.
Serangan Israel di Doha ini telah menjadi titik balik krusial dalam konflik Timur Tengah.
Dengan menargetkan para negosiator di tengah proses perdamaian, Israel tidak hanya melanggar kedaulatan negara lain, tetapi juga mengirimkan pesan bahwa jalan perang masih menjadi prioritas.
Reaksi keras dari komunitas internasional menunjukkan kekhawatiran yang meluas akan hancurnya upaya mediasi, dan potensi eskalasi konflik yang lebih luas, meninggalkan harapan perdamaian di kawasan itu kian suram dan terperosok dalam ketidakpastian. (YA)
Baca juga :





