Arafah, Arab Saudi – Ratusan ribu jamaah mulai mendaki bukit batuan yang tak terlalu tinggi, namun begitu bermakna, Jabal Rahmah, tempat Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbah terakhirnya lebih dari 1.400 tahun lalu.
Di sinilah puncak ibadah Haji terjadi, dan di sinilah pula banyak jamaah larut dalam doa dan tangis haru. Di tengah suhu menyengat yang menembus 40°C, pemerintah Arab Saudi mengeluarkan imbauan serius:
“Jangan keluar dari tenda antara pukul 10 pagi hingga 4 sore,” begitu pesan resmi yang disampaikan kepada seluruh jemaah. Sesuai edaran yang dikeluarkan Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi
Namun, semangat untuk berdoa di padang Arafah tak mudah dipadamkan panas.
Suara Hati dari Padang Arafah
Ali, jamaah berusia 33 tahun dari Pakistan, berdiri menatap bukit Arafah dengan mata berkaca-kaca. “Saya selalu melihat ini di televisi setiap tahun. Kini saya di sini. Tiga tahun saya mencoba, dan sekarang saya merasa sangat diberkati,” ucapnya penuh rasa syukur kepada Saudi Press Agency.
Iman Abdel Khaleq, perempuan paruh baya dari Mesir, menangis saat akhirnya menjejakkan kaki di tanah Arafah. “Ini mimpi besar saya selama 10 tahun. Saya hampir menyerah, tapi Allah izinkan saya ke sini,” ujarnya sambil mengusap air mata.
Haji 2025 di Tengah Terik Ekstrem :
- 1,5 juta jamaah dari berbagai belahan dunia hadir di Mekkah tahun ini.
- Lebih dari 250.000 petugas dikerahkan, melibatkan 40 lembaga pemerintahan untuk menjamin keselamatan.
- 400 unit pendingin dipasang, ditambah 12 hektare area berbayang untuk melindungi jamaah.
- Tim medis siaga 24 jam, terutama untuk mencegah heatstroke dan dehidrasi.
Perjalanan Spiritual Melelahkan Tapi Membahagiakan

Ribuan jamaah sudah mendaki sejak subuh, membawa payung warna-warni dan bekal doa. Usai wukuf ketika matahari terbenam, mereka bergerak ke Muzdalifah, sebuah fase penting untuk mengumpulkan kerikil yang nantinya digunakan dalam lempar jumrah di Mina.
Ini merupakan tahapan paling menguras energi, namun menjadi titik balik spiritual bagi banyak Muslim.
Adel Ismail, 54 tahun, jamaah asal Suriah, memilih datang lebih pagi. “Saya ke sini sebelum matahari tinggi. Nanti saya akan kembali ke tenda untuk lanjut berdoa,” katanya bijak.
Pemerintah Arab Saudi sudah beradaptasi dengan tantangan cuaca ekstrem dengan melakukan :
- Sistem misting fans dan AC portabel di banyak titik strategis.
- Aplikasi pintar untuk memantau kondisi kesehatan jamaah.
- CCTV dan drone dikerahkan untuk pengawasan kerumunan.
Menurut Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi, Tawfiq Al-Rabiah, “Kami terus meningkatkan layanan demi memastikan keselamatan dan kekhusyukan jamaah di tengah tantangan cuaca ekstrem,” dikutip dari Arab News.
Hari di Arafah bukan sekadar ritual tahunan. Ini adalah momen refleksi mendalam, tempat jutaan hati bersatu dalam satu tujuan, yaitu memohon ampunan dan mendekat kepada Tuhan.
Meski panas menyengat, jiwa-jiwa yang datang dari seluruh penjuru dunia tetap bertahan, dengan iman sebagai pelindung utama.
Karena bagi mereka, Arafah bukan sekadar bukit, ia adalah panggilan jiwa yang telah lama dinanti. (YA)
Baca juga :