Ghana – Meta, induk dari Facebook dan Instagram, kini kembali harus menghadapi gugatan di Afrika, setelah pekerja moderasi konten di Ghana mengungkapkan penderitaan mental yang mereka alami akibat bekerja dengan konten ekstrem.
Hal itu adalah serangkaian gugatan yang semakin memperburuk citra Meta, yang sebelumnya sudah menghadapi masalah serupa di Kenya.
- Pekerja Moderasi Mengalami Trauma Psikologis
Pekerja yang dipekerjakan oleh kontraktor Majorel di Accra, Ghana, mengungkapkan bahwa mereka menderita depresi, kecemasan, insomnia, hingga penyalahgunaan zat akibat konten yang mereka moderasi setiap hari. Konten yang mereka lihat termasuk kekerasan ekstrem, seperti pembunuhan brutal dan pelecehan seksual terhadap anak-anak. - Kasus Kedua di Afrika
Setelah lebih dari 140 pekerja di Kenya menggugat Meta pada 2023 atas gangguan stres pasca-trauma (PTSD) yang mereka alami, kini para pekerja di Ghana juga bersiap menggugat perusahaan yang sama. Ini menunjukkan pola masalah yang serius di banyak negara tempat Meta meng-outsourcing-kan pekerjaan moderasi konten. - Dukungan Kesehatan Mental yang Tidak Memadai
Para pekerja mengklaim bahwa dukungan kesehatan mental yang diberikan oleh perusahaan sangat tidak memadai. Mereka mengungkapkan bahwa bantuan yang mereka terima tidak dilakukan oleh profesional medis dan sering kali hanya mencakup sesi-sesi yang tidak relevan dengan masalah yang mereka alami. Bahkan, banyak yang merasa bahwa informasi pribadi mereka mengenai dampak psikologis pekerjaan disebarluaskan oleh manajer. - Kondisi Kerja Berat dan Gaji Rendah
Pekerja di Ghana hanya dibayar sekitar 1.300 Cedis per bulan (sekitar £64), yang jauh di bawah biaya hidup di Accra. Meski ada bonus berdasarkan kinerja, gaji dasar yang rendah membuat pekerja terpaksa bekerja lembur dengan bayaran yang bahkan lebih rendah dari standar normal. - Survei dan Pengawasan Ketat
Selain tekanan kinerja, pekerja juga dihadapkan pada pengawasan ketat dari manajer, bahkan hingga masuk ke toilet saat istirahat. Hal ini menciptakan budaya kerja yang penuh ketegangan dan mengurangi rasa privasi pekerja. - Meta dan Teleperformance Mengklaim Sudah Menyediakan Fasilitas Kesehatan
Teleperformance yang menaungi Majorel, membantah tuduhan ini dengan menyatakan bahwa mereka telah menyediakan fasilitas kesehatan mental yang memadai, dengan psikolog berlisensi yang mendampingi para pekerja. Namun, para pekerja mengklaim bahwa dukungan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan mereka yang nyata. - Potensi Dampak Hukum Lebih Luas
Foxglove, lembaga nonprofit yang mengawasi kasus ini, sedang mempersiapkan dua gugatan di Ghana. Jika gugatan ini berhasil, hal itu bisa membuka jalan untuk mengatur ulang hak-hak pekerja moderasi konten di seluruh dunia, memperkenalkan perlindungan hukum yang lebih kuat terhadap dampak psikologis yang ditimbulkan oleh pekerjaan tersebut.
Kasus ini adalah pengingat keras tentang betapa pentingnya memperhatikan kesejahteraan mental pekerja, di industri yang sangat bergantung pada moderasi konten ekstrem.
Meta kini berada di bawah tekanan untuk memastikan bahwa perlindungan terhadap pekerjanya menjadi prioritas utama, mengingat betapa krusialnya peran mereka dalam menjaga kenyamanan platform sosial yang digunakan oleh miliaran orang di seluruh dunia.(YA)
Baca juga :