Meta Bikin Helm Perang ala Iron Man: Prajurit Bakal Punya Mata Bionik!

Meta Masuk Medan Perang, Gandeng Anduril Kembangkan Helm Tempur Cerdas, Ubah Prajurit Jadi Manusia Super ?

California, AS — Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, resmi masuk ke sektor pertahanan, bekerja sama dengan perusahaan startup teknologi militer Anduril Industries.

Meta tengah mengembangkan helm tempur cerdas berbasis teknologi Extended Reality (XR) dan kecerdasan buatan (AI) untuk digunakan militer Amerika Serikat.

Proyek ini diberi nama SBMC Next (Soldier-Borne Mission Command) dan merupakan kelanjutan dari sistem IVAS (Integrated Visual Augmentation System) milik Angkatan Darat AS, yang sebelumnya dikerjakan oleh Microsoft.

Kini, tongkat estafetnya diberikan ke Anduril dan Meta ikut turun gelanggang.

“Kami ingin menjadikan prajurit seperti technomancer, manusia yang diperkuat dengan perangkat komputasi cerdas yang bisa dikenakan,” kata Palmer Luckey, Founder & President Anduril Industries yang dikutip oleh PC Gamer.

Helm Cerdas: Antara Game dan Perang

Berdasarkan rilis Meta Helm yang tengah dikembangkan, akan mengintegrasikan teknologi AR/VR milik Meta dengan sistem komando dan kontrol Lattice milik Anduril.

Teknologi ini memungkinkan prajurit untuk melihat semuanya dari dalam helm, yaitu :

  • Data medan perang secara real-time
  • Membaca posisi musuh
  • Menggabungkan data dari ribuan sensor, drone, dan kamera
  • Memvisualisasikannya ke dalam antarmuka helm berbasis XR, disesuaikan dengan tugas dan peran prajurit di lapangan
  • Mengambil keputusan lebih cepat, prajurit tak lagi hanya andalkan intuisi, tapi juga insight berbasis AI

“Kita memasuki era baru komputasi, di mana kecerdasan menjadi menyatu dalam lingkungan, dan persepsi manusia bisa melampaui batas alaminya,” ujar Andrew Bosworth, Chief Technology Officer Meta.

Foto : Dok . Interestingengineering.

Tanpa Sentuh Uang Rakyat

Menariknya, proyek helm tempur ini sepenuhnya dibiayai secara swasta oleh Meta dan Anduril.

Kedua perusahaan menyatakan, dengan pendekatan teknologi sipil yang diadaptasi untuk militer, mereka bisa menghemat miliaran dolar dibanding proses pengadaan tradisional militer.

“Kami sudah menghabiskan lebih dari satu dekade membangun fondasi AI dan AR. Sekarang, teknologi yang sama akan kami gunakan untuk melindungi prajurit kita,” kata Mark Zuckerberg, CEO Meta.

Perubahan pendekatan ini mencerminkan transformasi besar dalam strategi pertahanan Amerika Serikat.

Mereka mulai meninggalkan ketergantungan pada perangkat keras militer yang khusus (dan mahal), dan beralih ke inovasi komersial yang lebih gesit dan mudah diperbarui.

Berdasarkan laporan The Wall Street Journal nilai usulan kontrak fase awal SBMC Next yang diajukan Meta-Anduril sebesar US$ 100 Juta.

Lattice-integrated IVAS bahkan sudah diuji coba dalam versi prototipe di lingkungan militer.

Sementara itu, Meta dan Anduril telah mengajukan dokumen resmi (white paper) untuk memenangkan kontrak SBMC Next dari pemerintah AS.

Tantangan Etika & Masa Depan Perang

Meski inovatif, langkah Meta masuk ke ranah militer juga memicu pertanyaan etis. Apakah teknologi yang awalnya dikembangkan untuk hiburan dan komunikasi massal kini akan dipakai dalam operasi militer ofensif ?

Beberapa pengamat pertahanan menyoroti potensi konflik kepentingan, dan kebutuhan akan pengawasan ketat atas penggunaan AI dalam senjata dan taktik perang.

Jenderal James Rainey (Army Futures Command) menyebut IVAS “potensi lompatan 10×” bila berhasil, tapi mengingatkan resiko ergonomi & motion sickness masih harus dituntaskan, dikutip MIT Technology Review

Sedangkan Analis RAND menilai skema pembiayaan swasta bisa memangkas birokrasi, tetapi membuka perdebatan akuntabilitas publik atas teknologi senjata.

Terlepas dari pro dan kontra, satu hal pasti, dunia sedang menyaksikan bagaimana salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia mulai menentukan arah perang masa depan. (YA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *