Bangkok, Thailand – Drama di balik secangkir kopi Nescafé kini sampai ke meja hijau.
Nestlé S.A., perusahaan asal Swiss yang punya hak atas merek Nescafé, bareng Nestlé Thailand, resmi menggugat dua pengusaha top Thailand, Prayuth dan Chalermchai Mahagitsiri, dengan tuntutan sebesar 577 Juta Baht alias sekitar Rp 260 Miliar!
Penyebabnya ? Bukan soal rasa kopi, tapi masalah serius soal hak merek dan kelanjutan bisnis Nescafé di Thailand. Sengketa ini makin panas sejak produksi dihentikan awal tahun, dan upaya mediasi pun gagal total.
Nestlé S.A. dan Nestlé Thailand adalah pemilik dan pemegang hak pakai eksklusif merek “Nescafé” di Thailand. Sedangkan Mahagitsiri family merupakan rekan bisnis lama dalam perusahaan patungan (joint venture) bernama Quality Coffee Products Co. Ltd (QCP).
Berdasarkan data yang dikutip The Nation, QCP stop produksi Nescafé sejak 1 Januari 2025, dan bikin penjualan berhenti 8 hari dan Nestlé “gercep” bawa ke pengadilan, dengan tuntutan 577 Juta Baht atas kerugian akibat jeda distribusi.
Sidang selanjutnya dijadwalkan 9 Juni 2025 di Pengadilan Kekayaan Intelektual & Perdagangan Internasional, Thailand.
- Dari 1990–2024, Nescafé di Thailand diproduksi QCP, perusahaan patungan 50:50 antara Nestlé dan Mahagitsiri.
- Nestlé dan QCP punya kontrak selama 12 tahun, bisa diperpanjang 3 kali. Tapi di akhir 2024, perpanjangan kontrak gagal disepakati.
- Nestlé memutuskan mengakhiri kerja sama dan membawa kasus ini ke pengadilan.
- Sebagai balasan, QCP menggugat balik, minta Nestlé dilarang produksi dan distribusi Nescafé di Thailand.
- Arbitrase internasional menyatakan Nestlé sah mengakhiri kontrak tersebut.
Nestlé bilang mereka tetap komit jaga produksi dan pasokan kopi, dan tetap menjadi pembeli terbesar Robusta lokal di Thailand. Investasi di lini produksi juga bakal terus lanjut, meski drama hukum masih berlangsung.
Sengketa kopi ini tentang hak, bisnis miliaran, dan masa depan salah satu merek kopi paling ikonik di Asia Tenggara.
Jadi… buat Gen Z dan milenial pecinta Nescafé, tenang aja, kopinya tetap ada walau drama bisnisnya pahit banget. (VT)