Washington, AS – Di tengah lonjakan ketegangan akibat perang Israel-Iran yang telah berlangsung sembilan hari, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengumumkan secara resmi bahwa AS telah meluncurkan serangan udara besar-besaran terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran Fordow, Natanz, dan Isfahan.
“Iran sekarang harus memilih, membuat damai, atau menghadapi kehancuran di masa depan,” tegas Trump dalam pidato yang disiarkan langsung dari Gedung Putih.
- Tiga situs nuklir utama diserang: Fordow, Natanz, dan Isfahan—semuanya berada di bawah pengawasan Badan Energi Atom Iran (AEOI).
- Senjata utama: Serangan melibatkan pembom siluman B-2 AS yang dilengkapi bom penghancur bunker seberat 30.000 pon dan sekitar 30 rudal Tomahawk dari kapal selam.
- Klaim Trump: “Situs nuklir Iran telah dihancurkan secara penuh.”
- Respon Iran: AEOI mengonfirmasi serangan tapi menegaskan program nuklirnya “tidak akan berhenti.”
Lembaga Pengawas Nuklir PBB, IAEA menyatakan bahwa belum ada peningkatan radiasi terdeteksi, di luar tiga lokasi tersebut dan menyatakan akan terus memantau.
“Tidak ada peningkatan level radiasi di lokasi luar fasilitas,” tulis IAEA melalui akun X (dulu Twitter).

Dalam pidatonya, Donald Trump tidak hanya mengumumkan “momen bersejarah,” tetapi juga memberikan ultimatum keras:
“Ini adalah MOMEN BERSEJARAH untuk Amerika Serikat, Israel, dan Dunia. Iran harus mengakhiri perang ini sekarang. Terima kasih!” – Trump, via Truth Social.
Presiden ke-45 AS itu juga menyatakan bahwa tidak akan ragu menyerang kembali, jika Iran melakukan aksi balasan terhadap personel atau fasilitas AS.
Respons Global dan Kekhawatiran Eskalasi
Serangan ini menuai respon keras dari Iran dan kekhawatiran dari dunia internasional.
- Iran menyebut serangan ini sebagai bentuk “perang berbahaya” yang dilancarkan oleh AS.
- Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran, memperingatkan bahwa “serangan terhadap Republik Islam akan menghasilkan kerusakan yang tak dapat diperbaiki bagi AS.”
- Sekjen PBB António Guterres menyatakan keprihatinannya, “Resiko konflik ini semakin tak terkendali. Konsekuensinya bisa sangat dahsyat bagi warga sipil, kawasan, dan dunia,” ujarnya dalam rilis resmi.
- Kelompok Houthi di Yaman, yang bersekutu dengan Iran, menyerukan pembentukan “front bersama negara Muslim” melawan AS dan Israel.
Reaksi Balasan Iran: 40 Rudal dan Kerusakan di Tel Aviv
Beberapa jam setelah serangan AS, Garda Revolusi Iran meluncurkan 40 rudal balistik ke wilayah Israel, termasuk Rudal Khorramshahr-4 yang mampu membawa hulu ledak ganda.

- Dampak: Sebuah gedung bertingkat di Tel Aviv rusak parah; puluhan rumah di sekitarnya hancur.
- Jumlah korban: 80 orang luka-luka, sebagian besar ringan.
- Respons Israel: Militer menyatakan telah “menetralkan peluncur rudal” Iran dan melakukan serangan balasan ke wilayah barat Iran.
Putar Balik dari Janji Kampanye Trump
Serangan ini menandai perubahan tajam dari janji kampanye Trump pada 2016 dan 2020: mengakhiri perang asing dan intervensi militer mahal. Namun, Trump juga sejak awal berjanji bahwa ia tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir.
Menurut sumber di Gedung Putih yang dikutip The New York Times, Trump sempat dua kali—pada April dan Mei—membujuk Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk menunda serangan ke Iran demi memberi waktu bagi diplomasi.
Namun setelah serangan awal Israel pada minggu lalu, Trump mengubah sikap, menyatakan bahwa ini adalah “kesempatan langka” untuk menghentikan program nuklir Iran secara permanen.
“Keputusan Anda untuk menyerang situs nuklir Iran, akan mengubah sejarah,” kata Netanyahu dalam video ucapan terima kasih kepada Trump.

Damai, atau Awal Perang Regional Baru ?
Menurut organisasi Human Rights Activists yang berbasis di Washington, hingga saat ini:
- Korban jiwa akibat serangan Israel ke Iran: 865 orang tewas, termasuk 363 warga sipil dan 215 anggota pasukan keamanan.
- Jumlah korban luka-luka: 3.396 orang.
Selain itu, Iran mengklaim hak untuk “melawan dengan kekuatan penuh” segala bentuk agresi AS yang “melanggar hukum internasional dan kedaulatan nasional Iran.”
Pidato Trump dan keterlibatan langsung militer AS dalam menghantam Iran menjadi titik balik serius dalam konflik Timur Tengah yang tengah berlangsung.
Keputusan ini disambut tepuk tangan oleh sekutu seperti Israel, tapi juga memunculkan kecemasan mendalam di kalangan diplomatik internasional.
Jika serangan ini bertujuan untuk mencegah perang nuklir, ia justru bisa menjadi pemicu perang yang lebih luas. (YA)
Baca juga :