Jakarta –Kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat pekan lalu, terselip satu agenda strategis yang belum banyak dibahas publik. Rencana penandatanganan kontrak pembangunan 17 kilang modular senilai USD 8 miliar oleh Daya Anagata Nusantara (Danantara), sovereign wealth fund milik Indonesia, bersama perusahaan teknik asal AS, KBR Inc.
Informasi ini terungkap dari presentasi internal Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang disampaikan langsung oleh Menteri Airlangga Hartarto dalam forum tertutup dengan para pelaku usaha pada Senin (21/7).. Dua sumber yang mengetahui isi pertemuan tersebut dan dokumen presentasi yang dilihat Reuters mengonfirmasi rencana tersebut.
Proyek Energi Besar di Tengah Deal Tarif
Kesepakatan ini merupakan bagian dari hasil negosiasi dagang strategis antara Jakarta dan Washington yang menghasilkan penurunan tarif ekspor produk asal Indonesia ke AS dari 32% menjadi 19%.

“Indonesia menyambut lebih banyak investasi dan bisnis dari AS untuk menciptakan lapangan kerja, alih teknologi, dan mendukung pembangunan prioritas nasional,” bunyi salah satu pernyataan dalam dokumen presentasi tersebut.
Proyek kilang modular ini, yang akan digarap oleh KBR Inc. dulu dikenal sebagai Kellogg Brown & Root , diproyeksikan mendorong kemandirian energi nasional dan membuka lapangan kerja baru di sektor hulu minyak dan gas.
Ekspansi Ambisius dan Potensi Ekonomi
Danantara saat ini mengelola aset lebih dari USD 900 miliar, dan menjadi instrumen penting dalam target Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari 5% menjadi 8% per tahun. Proyek kilang modular ini dipandang sebagai bagian dari strategi besar menuju visi tersebut.
Nilai Kesepakatan Mencapai $34 Miliar
Proyek kilang bukan satu-satunya kerja sama yang sedang disiapkan. Dalam dokumen presentasi tersebut juga tercantum:

- Investasi strategis senilai USD 2 miliar oleh Indorama Group (Indonesia) untuk pengembangan blue ammonia di Louisiana, AS. Namun proyek ini masih menunggu kejelasan insentif pajak dari pemerintah AS.
- Rencana pembelian 50 pesawat Boeing oleh Indonesia, seperti diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump pekan lalu.
- Nilai total sektor penerbangan antara kedua negara ditaksir mencapai USD 14,4 miliar.
Total potensi kesepakatan RI-AS: USD 34 miliar
(Rujukan: Presentasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, dilihat oleh Reuters)
Daya Tarik Indonesia
Salah satu efek domino dari kesepakatan ini adalah potensi relokasi industri dari negara-negara lain ke Indonesia karena tarif impor ke AS yang lebih rendah. Presentasi menyebut penurunan tarif tersebut berpotensi menambah pertumbuhan ekonomi RI sebesar 0,5% poin.
Perusahaan-perusahaan AS seperti Apple dan General Electric juga akan mendapat kelonggaran aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), yang selama ini menjadi kendala utama bagi perusahaan teknologi dan alat kesehatan asing,seperti yang dikutip oleh reuters.
Sebagai catatan, Apple sempat dilarang menjual iPhone 16 di Indonesia karena gagal memenuhi komposisi lokal. Larangan itu baru dicabut setelah mereka mengumumkan investasi lebih dari USD 300 juta di Indonesia.
Momentum Emas di Tengah Ketegangan Global
Kerja sama RI-AS ini menunjukkan posisi strategis Indonesia dalam lanskap geopolitik dan geoekonomi global. Dengan membangun kemitraan besar bersama mitra utama seperti Amerika Serikat, Indonesia tak hanya memperkuat fondasi ekonomi, tetapi juga menegaskan visinya sebagai pusat pertumbuhan regional.
Jika proyek-proyek tersebut berhasil dijalankan, bukan tak mungkin Indonesia akan segera masuk ke era baru transformasi industri dan energi dengan kilang modular sebagai salah satu pilar utamanya. (YA)





