London, Inggris – Dunia otomotif terkena dampak akibat kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Salah satu raksasa mobil mewah asal Inggris, Jaguar Land Rover (JLR), menunda pengiriman kendaraan mereka ke Amerika Serikat.
Langkah itu diambil sebagai respons terhadap tarif impor yang ditetapkan Trump, yang membuat harga mobil-mobil JLR melambung tinggi. Tata Motors India selaku pemilik JLR, mengonfirmasi penundaan sementara itu kepada Reuters.
- Penundaan Pengiriman:
- JLR mengumumkan penundaan pengiriman kendaraan buatan Inggris ke AS selama sebulan.
- Penundaan ini dilakukan untuk mengevaluasi dampak tarif 25% yang diberlakukan Trump.
Dikutip dari Reuters, Juru Bicara Jaguar Land Rover menyatakan, “Saat ini kami sedang berupaya mengatasi persyaratan perdagangan baru dengan mitra bisnis. Perusahaan mengambil tindakan jangka pendek, dan salah satunya yang direncanakan adalah penghentian sementara pengiriman pada bulan April, sambil mengembangkan rencana jangka menengah hingga panjang. Hal itu dibutuhkan untuk penyesuaian strategis, dan mempersiapkan diri untuk masa depan.”
Baca juga : Pasar Saham Asia Anjlok, Trump Sebut Ini ‘Obat’ Untuk Perbaikan Ekonomi
- Kebijakan Tarif Presiden Trump:
- Tarif baru ditetapkan sebagai tarif dasar 10% untuk semua impor ke AS.
- Tarif khusus diberlakukan untuk negara-negara dengan tarif lebih tinggi pada barang-barang AS.
- Uni Eropa dikenakan tarif 20%, Jepang 24%, dan China 34%.
- Dampak bagi Jaguar Land Rover (JLR):
- AS adalah pasar penting bagi JLR, menyumbang sekitar seperempat dari penjualan mereka.
- JLR menjual sekitar 400.000 kendaraan per tahun, termasuk Defender dan Range Rover Sport.
- Industri mobil Inggris yang mempekerjakan sekitar 200.000 orang, sangat terpengaruh dengan adanya tarif itu.
Penundaan pengiriman JLR menjadi bukti nyata, dan menunjukkan dampak global dari kebijakan tarif Trump terhadap perdagangan internasional. Kebijakan tarif itu telah memicu kekhawatiran di kalangan produsen mobil lainnya, yang juga mempertimbangkan kembali strategi bisnis mereka. Bagaimana kelanjutan dari kebijakan itu, tentu menjadi perhatian banyak pihak.
Baca juga :