Terbongkar! Rahasia Rp 8 Juta dari Tumpukan Sampah

Revolusi Hijau dari Kampung, Bagaimana Warga Cicayur Mengubah Tantangan Sampah Jadi Inspirasi Nasional!

Kab. Tangerang – Seorang ibu rumah tangga di Kampung Cicayur, Desa Pagedangan, Kabupaten Tangerang, tak menyangka sampah bisa mengubah hidupnya.

Ia adalah Huriah, ibu rumah tangga berusia 53 tahun. Huriah bercerita bahwa ia mengenal sebuah program  mengenai sampah, melalui kegiatan Plastic to Food.

“Saat itu, kami diperkenalkan pada konsep penukaran sampah plastik rumah tangga menjadi kebutuhan pokok seperti beras dan minyak,” kenang Huriah dengan mata berbinar.

Menurut Huriah, ia mengumpulkan mulai dari sampah rumah tangga, hingga ke bantaran sungai.

“Kami kumpulkan semuanya. Kalau di Bank Sampah SELARAS, hasil penimbangan tidak saya tukar dengan bahan pokok, melainkan saya jadikan tabungan. Alhamdulillah, dalam dua tahun saya berhasil menabung hingga Rp8 juta.”

Tak jauh berbeda dengan Huriah, ada juga kisah Usbandiyah, seorang pelaku usaha mikro sekaligus penjahit rumahan.

Menurut Usbandiyah, dirinya mengumpulkan kardus, botol plastik, ember bekas, botol kaca, sampai logam.

“Rata-rata hasil penimbangan per bulan bisa mencapai sekitar Rp 400.000. Sama seperti Bu Huriah, dalam dua tahun saya juga berhasil menabung hingga Rp 8 juta di Bank Sampah SELARAS,” ujarnya.

Selain untuk kebutuhan dapur, dana tabungan bank sampah itu juga dimanfaatkan Usbandiyah untuk kebutuhan pendidikan anaknya.

“Untuk menambah biaya pendidikan anak saya di bangku kuliah. Alhamdulillah, dengan begitu biaya kuliah anak saya pun menjadi lebih ringan,” ungkap Usbandiyah sambil tersenyum.

Ketika Botol Plastik Menjadi Tabungan Impian

Di tengah riuhnya pembangunan dan pertumbuhan kota, inisiatif sederhana namun berdampak besar yang terus bergulir di Kampung Cicayur, Desa Pagedangan, Kabupaten Tangerang itu, diberi nama SELARAS (Sentra Edukasi Kelola Lingkungan Bersih & Asri) & Ecosystem.

Selaras adalah sebuah program pengelolaan lingkungan terpadu, yang membuktikan bahwa sampah bisa menjadi sumber berkah, bahkan untuk biaya kuliah anak.

Program yang telah berjalan sejak 2024 ini, adalah wujud nyata komitmen dalam mendukung Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) melalui pemberdayaan masyarakat, yang diinisiasi Sinar Mas Land, salah satu developer terbesar di Asia Tenggara.

Intinya, mengedukasi dan mengajak warga mengelola sampah secara mandiri, berlandaskan prinsip ekonomi sirkular.

Jantung dari SELARAS Ecosystem adalah Bank Sampah SELARAS. Bayangkan, sampah anorganik yang dulunya tak berguna, kini bisa dikonversi menjadi tabungan atau kebutuhan pokok.

Lebih dari 40 jenis sampah diterima di sini, dari botol plastik hingga kardus, semuanya punya nilai rupiah.

Sebagai contoh, apakah kita mengetahui bahwa :

  • Setiap satu kilogram sampah botol plastik yang sudah dibersihkan dapat dikonversi senilai Rp 6.000.
  • Untuk setiap satu kilogram kertas HVS atau berwarna putih, nilainya Rp 1.500.
  • Sedangkan untuk sampah berbagai jenis kardus, dihargai Rp 2.000 per kilogramnya.

Yang menarik, kegiatan itu tak hanya diikuti oleh warga rumah tangga, tapi juga melibatkan komunitas sekitar, mulai dari pengumpulan sampah di warung tetangga hingga area bantaran sungai.

Hasilnya, uang tabungan yang mereka kumpulkan dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga, bahkan membiayai pendidikan anak.

Melihat keberhasilan ini, Managing Director President Office Sinar Mas Land, Dony Martadisata menyampaikan optimismenya.

“Pengelolaan sampah yang terstruktur dan inklusif tidak hanya berdampak positif terhadap lingkungan, tetapi juga mampu mendorong tumbuhnya kemandirian ekonomi warga. Ke depan, kami akan terus memperluas jangkauan program ini agar manfaatnya dapat dirasakan oleh lebih banyak komunitas di berbagai wilayah,” ungkap Dony.

Program ini juga menjadi bukti nyata kolaborasi antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat dalam membentuk ekosistem yang berkelanjutan dan memberdayakan.

SELARAS Ecosystem, Lebih dari Sekadar Bank Sampah

Bank Sampah hanyalah salah satu pilar dari SELARAS Ecosystem. Program ini juga memiliki subprogram lain yang tak kalah penting, seperti :

  • Rumah Pupuk SELARAS: Mengelola sampah organik menjadi pupuk kompos yang bermanfaat.
  • Program Plastic to Food & Plastic to Book: Inisiatif pertukaran sampah plastik dengan bahan pangan dan bacaan.
  • Waste Management School: Wadah edukasi tata kelola sampah kepada pelajar dan masyarakat umum.

Tak hanya dampak ekonomi, SELARAS Ecosystem juga memberikan manfaat lingkungan yang nyata.

Hingga 2024, program ini telah berhasil mengumpulkan lebih dari 8 ton plastik bekas melalui partisipasi lebih dari 3.700 warga.

Sebagian sampah plastik yang terkumpul bahkan diproses menjadi bahan bakar minyak (BBM jenis solar) melalui teknologi pirolisis, maupun bijih plastik untuk campuran aspal jalan (aspal plastik).

SELARAS Ecosystem diharapkan dapat menjadi model pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat, yang dapat direplikasi secara nasional.

Hal itu membuktikan bahwa dengan inovasi dan kolaborasi, masalah sampah bisa diubah menjadi peluang keberlanjutan dan kesejahteraan. (*)

Baca juga : 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *