New York, AS – Setiap bulan, ada fenomena aneh tapi nyata yang sedang terjadi di dunia keuangan, bank-bank sentral di seluruh dunia ramai-ramai membeli emas sebanyak 80 ton!
Bayangkan, itu setara dengan nilai $ 8,5 Miliar per bulan. Ini bukan sekadar tren sesaat, ini adalah sinyal yang sangat jelas bahwa ada sesuatu yang besar sedang berubah dalam cara dunia mengelola uang dan kekayaan.
Menurut survei HSBC pada Januari 2025 yang melibatkan 72 bank sentral, lebih dari sepertiga dari mereka berencana membeli emas tahun ini.
Dan yang lebih mencengangkan, tidak ada satu pun yang berniat menjual emas yang sudah mereka miliki. Ini seperti semua orang tiba-tiba ingin punya rumah sendiri dan tidak mau menjualnya lagi.
Kenapa Emas Jadi Primadona ?
Semua ini bermula dari kejadian di tahun 2022. Saat Rusia menginvasi Ukraina, Amerika Serikat dan sekutunya langsung “membekukan” cadangan mata uang asing milik Rusia.
Bayangkan, uang yang seharusnya bisa digunakan untuk keperluan negara, tiba-tiba tidak bisa dicairkan. Kejadian ini membuat banyak negara sadar, terlalu bergantung pada Dolar AS itu punya risiko besar.
Gubernur Bank Sentral Polandia, Adam Lapinski dengan tegas mengatakan, “Emas adalah aset cadangan paling aman. Dia kebal terhadap kebijakan ekonomi suatu negara, tahan banting saat krisis, dan tidak bisa ‘dibekukan’ oleh siapa pun,” dilansir dari JPMorgan Global Outlook Report.
Ini seperti punya brankas pribadi yang isinya tidak bisa diambil siapa pun, kapan pun. Bank sentral kini paham, emas yang mereka simpan di gudang sendiri tidak bisa diganggu gugat oleh sanksi dari negara mana pun.

Pembeli Rahasia Paling Agresif
Meskipun jarang bicara blak-blakan soal kepemilikan emasnya, China disebut sebagai “Pemain Diam-Diam” yang paling dominan dalam perburuan emas ini.
People’s Bank of China (PBOC) atau Bank Sentral China, diduga kuat membeli rata-rata 40 ton emas setiap bulan sejak tahun 2022. Para ahli dari Goldman Sachs menyimpulkan hal ini dari beberapa kejanggalan, seperti :
- Arus Emas dari London: Banyak emas tiba-tiba mengalir dari pusat perdagangan emas London ke China.
- Pembelian Batangan Emas “Standar Bank Sentral”: China terus membeli batangan emas ukuran 400-ounce (ukuran standar yang biasa dibeli bank sentral), bahkan ketika harga emas di Shanghai (pasar China) sebenarnya lebih murah dari London. Ini adalah logika yang tidak masuk akal jika tujuannya hanya perdagangan biasa, ini mengindikasikan pembelian strategis untuk cadangan negara.

Bahkan, laporan Bloomberg menyebutkan bahwa dalam tiga tahun terakhir, lebih dari 1.200 ton emas mengalir ke Swiss.
Negara Swiss dikenal sebagai tempat penyimpanan emas yang sangat rahasia dan anonim, sehingga kemungkinan besar emas ini disimpan atau dikirim ulang secara diam-diam oleh bank sentral.
Harga Emas Siap Meledak ?
Dengan fenomena borong emas besar-besaran ini, para ahli memprediksi harga emas akan melambung tinggi:
- Goldman Sachs memperkirakan harga emas bisa mencapai $3.700 per ounce di akhir tahun 2025 (saat ini sekitar $3.360 per ounce, berdasarkan data MarketWatch per 3 Juni 2025).
- JP Morgan Chase bahkan lebih berani! Mereka memperkirakan jika hanya 0,5% dari cadangan mata uang asing berbasis dolar di dunia dialihkan ke emas, harganya bisa tembus $6.000 per ounce pada tahun 2029!
Mengapa prediksi ini masuk akal ? Saat ini, emas hanya menyumbang sekitar 6% dari total cadangan mata uang China. Angka ini sangat kecil jika dibandingkan dengan negara-negara besar lainnya, seperti :
- Amerika Serikat: sekitar 75% cadangan dalam bentuk emas.
- Jerman: sekitar 75% cadangan dalam bentuk emas.
- Prancis: lebih dari 70% cadangan dalam bentuk emas.
- Italia: lebih dari 70% cadangan dalam bentuk emas.
Artinya ? Masih ada banyak sekali ruang bagi China (dan negara lain) untuk membeli lebih banyak emas. Dan semakin banyak yang membeli, semakin tinggi pula harga emas bisa melonjak.
Menuju Dunia Tanpa Dominasi Dolar AS
Tren pembelian emas ini bukan cuma soal harga. Ini adalah bagian dari perubahan yang lebih besar, yaitu :
- Penyebaran Risiko: Negara-negara tidak ingin terlalu bergantung pada satu mata uang saja.
- Pergeseran Kekuatan: Ada upaya untuk mengurangi dominasi Dolar AS dalam sistem keuangan global.
- Menghindari Sanksi: Negara-negara ingin punya aset yang tidak bisa dibekukan oleh negara lain.
Seperti yang dikatakan Paul Wong, Analis dari Sprott Asset Management: “Kita melihat kelahiran kembali emas sebagai jantung sistem keuangan global alternatif.”
Ini menunjukkan bahwa dunia sedang mencari cara baru untuk berbisnis dan menjaga kekayaan, di mana emas kembali menjadi raja. (YA)
Baca juga :