Jakarta – Harga emas dunia kembali menjadi pusat perhatian, setelah mencatat lonjakan tajam di awal pekan ini.
Tak tanggung-tanggung, logam mulia itu melejit lebih dari 2% hanya dalam waktu 24 jam, memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah dengan angka yang mengejutkan.
Mengutip data perdagangan harga emas di pasar spot terbang 2,65% dan ditutup di level US$ 3.315,09 per troy ounce.
Sementara kontrak berjangka emas AS mencatatkan kenaikan lebih tajam, yakni 2,9%, hingga menembus US$3.337,6 per troy ounce.
Nilai Dolar AS Melemah
Salah satu pemicunya adalah melemahnya nilai dolar AS, pada hari yang sama turun 0,25% ke angka 99,78.
Melemahnya dolar membuat emas lebih murah bagi investor asing yang menggunakan mata uang lain, sehingga permintaan langsung melonjak.
Tak hanya itu, situasi diperburuk oleh pernyataan kontroversial Presiden AS Donald Trump yang kembali melontarkan wacana penerapan tarif 100% terhadap film-film impor.
Sentimen proteksionis ini memicu kekhawatiran akan eskalasi baru dalam konflik dagang global, dan mendorong investor mencari perlindungan di aset safe haven seperti emas.
Dikutip dari Bloomberg, Analis Senior Kitco Metals, Jim Wyckoff menilai bahwa lonjakan harga ini adalah cerminan nyata, dari meningkatnya ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi.
“Pasar langsung bereaksi terhadap sinyal risiko. Safe haven seperti emas kini jadi pilihan utama. Kemungkinan besar, harga akan bertahan di atas level psikologis US$3.000 dalam waktu dekat,” ujarnya
Meski The Federal Reserve belum memberi sinyal perubahan suku bunga, yang sejak Desember lalu bertahan di kisaran 4,25%–4,50%, para pelaku pasar menanti dengan cemas arah kebijakan moneter berikutnya.
Semua mata kini tertuju pada pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang dinilai krusial dalam menentukan arah pasar ke depan, terutama di tengah ketidakpastian akibat langkah proteksionis Trump.
Harga Perak Ikutan Naik
Tak hanya emas yang ikut terdongkrak. Beberapa harga logam lainnya juga ikut naik dan ada yang turun, yaitu :
- Perak Spot naik 1% menjadi US$32,31 per ounce
- Platinum turun 0,4%
- Paladium turun 1,5%
Menariknya, dalam survei terbaru Reuters terhadap 29 analis dan pelaku pasar, diperkirakan rata-rata harga emas tahun ini akan berada di kisaran US$3.065, naik signifikan dari proyeksi sebelumnya yang hanya US$2.756. Bahkan untuk tahun 2026, estimasinya juga direvisi naik menjadi US$3.000.
Faktor utama yang mendorong proyeksi bullish ini antara lain meningkatnya tensi dagang global, ketidakjelasan arah moneter AS, dan pergeseran strategi perdagangan global yang makin menjauh dari dominasi dolar.
Secara keseluruhan, sepanjang 2025 harga emas sudah melesat lebih dari 26%, memperkuat posisinya sebagai pelindung nilai utama di tengah guncangan pasar.
Investor global kini kian agresif mengalihkan portofolionya ke aset-aset defensif, mengantisipasi ketidakpastian yang diperkirakan belum akan mereda dalam waktu dekat.
Rupiah Justru Terperosok
Di saat emas kembali mencetak rekor dan mata uang Asia ramai-ramai menunjukkan taringnya, rupiah justru menjadi sorotan karena bergerak di jalur sebaliknya, yaitu melemah.
Ini bukan kali pertama, namun tekanan eksternal yang terus membayangi menjadikan posisi rupiah semakin tidak nyaman di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Mengacu pada data dari Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,11% atau turun 17,5 poin ke level Rp16.455 per dolar AS pada penutupan perdagangan Senin (05/05/25).
Ini memperpanjang tekanan yang dialami mata uang garuda dalam beberapa pekan terakhir. Yang menarik, pelemahan ini terjadi justru ketika indeks dolar AS terkoreksi 0,24% ke posisi 99,605, menandakan greenback tengah lesu di pasar global.
Di kawasan Asia, respons mata uang utama pun beragam namun mayoritas menguat.
- Yen Jepang menguat 0,51%,
- Dolar Taiwan melonjak 2,60%
- Won Korea & Baht Thailand menunjukkan performa positif
- Peso Filipina sempat tergelincir 0,29%
- Rupiah tertekan di antara mata uang regional
Dalam keterangan pers, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyatakan pergerakan rupiah Selasa (06/05/25) masih akan diliputi fluktuasi, dengan kecenderungan melemah menuju kisaran Rp16.440 hingga Rp16.500 per dolar AS.
Dalam keterangannya, ia menekankan bahwa situasi global yang masih sarat ketidakpastian menjadi beban tersendiri bagi mata uang domestik.
Kini, para pelaku pasar dan investor sedang mencermati realisasi belanja negara yang dinilai sebagai salah satu kunci penggerak momentum pemulihan nilai tukar.
Jika pemerintah mampu menjaga kecepatan belanja dan daya beli masyarakat tetap terjaga, maka ruang penguatan bagi rupiah bisa kembali terbuka.
Namun untuk saat ini, rupiah masih harus bersabar di tengah turbulensi global. Kabar baiknya, ruang untuk pulih tetap ada asalkan narasi ke depan tidak lagi gamang (YA)