133 Kardinal Masuki Kapel Sistina, Siap Pilih Paus Baru

Konklaf Paling Beragam Dalam Sejarah Gereja Katolik Dimulai, 70 Negara dan 133 Kardinal

Vatikan – Di tengah hiruk pikuk dunia yang terus bergerak cepat, satu momen sunyi penuh kekhidmatan berlangsung di jantung Kota Vatikan.

133 kardinal dari berbagai penjuru dunia resmi memulai ritual rahasia pemilihan paus baru pada Rabu (waktu setempat), menandai babak baru dalam sejarah Gereja Katolik Roma yang telah berusia lebih dari 2.000 tahun.

Mereka datang dari 70 negara, menjadikan konklaf kali ini sebagai yang paling beragam secara geografis sepanjang sejarah.

Para “pangeran Gereja” ini dikurung total dari dunia luar, ponsel mereka disita, sinyal komunikasi diblokir di seluruh area Vatikan, dan dunia menunggu. Nafas tertahan hingga asap putih muncul dari cerobong Kapel Sistina.

Konklaf ini digelar setelah Tahta Suci kembali kosong usai wafatnya Paus Fransiskus, paus asal Amerika Latin pertama yang selama 12 tahun masa kepemimpinannya mendorong reformasi besar dalam Gereja.

Seperti dilansir AP News, sebanyak 108 dari 133 kardinal pemilih merupakan pilihan Fransiskus sendiri. Ia secara strategis mengangkat banyak uskup dari negara-negara terpencil dan sebelumnya tidak pernah memiliki kardinal, seperti Mongolia, Swedia, dan Tonga.

Banyak dari mereka bahkan baru saling mengenal pekan lalu, mempertegas betapa unik dan tak terprediksinya konklaf kali ini.

Langkah-Langkah Konklaf Dimulai

  • Ritual dimulai dengan Misa khusus di Basilika Santo Petrus, dipimpin oleh Dekan Kardinal, Giovanni Battista Re (91), yang sebelumnya juga memimpin misa pemakaman Paus Fransiskus.
  • Usai misa, para kardinal berbaris menuju Kapel Sistina sambil melantunkan Litani Para Kudus dan lagu Latin kuno Veni Creator Spiritus, memohon bimbingan Roh Kudus.
  • Begitu tiba di kapel, satu per satu mereka bersumpah di hadapan lukisan “Penghakiman Terakhir” karya Michelangelo, untuk menjaga kerahasiaan, menolak intervensi eksternal, dan memilih paus berdasarkan suara hati dan iman.
  • Komando “Extra omnes!” atau “semua keluar!” menjadi penanda semua pihak non-pemilih harus meninggalkan ruangan. Pintu ditutup, dunia tidak akan tahu apa yang terjadi di baliknya hingga asap mengabarkan hasil.

Tata Cara Pemilihan Paus

  • Setiap kardinal menulis nama pilihannya di kertas bertuliskan “Eligo in summen pontificem” (Saya memilih sebagai Paus).
  • Sambil mendekati altar, mereka mengucapkan sumpah bahwa suara tersebut diberikan dengan penuh pertanggungjawaban di hadapan Tuhan.
  • Tiga kardinal scrutineer (penghitung suara) secara bergiliran membuka surat suara, membacakannya, lalu menusuk bagian bertuliskan “Eligo” dengan jarum dan mengikat semuanya menjadi satu.
  • Jika belum ada yang mencapai dua pertiga suara (minimal 89), maka kertas suara dibakar bersama bahan kimia untuk menghasilkan asap hitam—pertanda belum ada paus baru.
  • Putaran bisa berlangsung dua kali pagi dan dua kali sore setiap harinya, hingga satu nama akhirnya memperoleh konsensus.
  • Dalam sejarah modern, biasanya dibutuhkan antara 3 hingga 8 putaran. Paus Fransiskus sendiri terpilih pada pemungutan suara kelima pada 2013.

Peta Persaingan dan Tantangan Paus Baru

Meski penuh rahasia, sejumlah nama terus muncul dalam daftar papabile—kandidat yang dinilai layak menjadi paus:

  • Kardinal Pietro Parolin (70), orang nomor dua Vatikan, dianggap sebagai figur kontinuitas dari dalam.
  • Kardinal Luis Antonio Tagle (67) dari Filipina, disebut-sebut berpotensi menjadi paus Asia pertama.
  • Kardinal Peter Erdo (72) dari Hungaria, mewakili spektrum konservatif Gereja.

Namun siapa pun yang terpilih harus siap menghadapi tantangan besar, yaitu menyatukan Gereja yang terpolarisasi, menuntaskan skandal yang belum selesai, dan memutuskan apakah akan melanjutkan jejak reformasi Paus Fransiskus atau mengoreksinya.

Di luar Vatikan, suara-suara tekanan terus mengemuka.

Kaum muda Katolik, kelompok penyintas pelecehan, dan para advokat kesetaraan gender ikut bersuara dalam bentuk surat terbuka, buku lobi, hingga asap merah muda semuanya menuntut perubahan nyata.

Kini, dunia hanya bisa menunggu dan berharap. Dalam senyap Kapel Sistina, sejarah tengah ditulis ulang oleh 133 pria yang membawa harapan 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia. (YA)

Baca juga : 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *