New York – Pasar saham Amerika Serikat kembali terguncang pada hari Kamis (13/3/2025), setelah Presiden Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif 200% pada anggur, sampanye, dan produk alkohol lainnya dari Uni Eropa. Ancaman ini sebagai respons terhadap keputusan Uni Eropa yang akan menerapkan tarif 50% pada wiski asal AS, memicu ketegangan perdagangan yang semakin memanas antara kedua belah pihak. Koreksi pasar seperti ini bukan hal yang langka di Wall Street, tetapi tetap memberikan dampak ketidakpastian bagi investor jangka pendek. Terakhir kali S&P 500 memasuki wilayah koreksi adalah pada Oktober 2023, ketika indeks ini turun 10,3% dari puncaknya yang tercatat pada bulan Juli.
Penurunan terbaru pasar saham AS, telah kehilangan lebih dari $5 triliun dalam nilai pasar sejak puncaknya pada Februari lalu.
Dampak Ancaman :
- Penurunan Indeks Utama: Indeks S&P 500 turun 1,39%, Dow Jones Industrial Average melemah 1,3%, dan Nasdaq Composite anjlok 1,96% pada hari yang sama.
- Kehilangan Kapitalisasi Pasar: Nilai pasar saham AS menyusut lebih dari $5 triliun sejak puncaknya pada Februari lalu.
- Ancaman Tarif AS: Presiden Trump mengancam tarif 200% pada produk alkohol Uni Eropa jika blok tersebut tidak mencabut tarif 50% pada wiski AS.
- Respon Uni Eropa: Uni Eropa berencana menerapkan tarif 50% pada wiski AS sebagai balasan atas tarif baja dan aluminium yang dikenakan AS.
- Dampak pada Industri Alkohol: Saham produsen minuman beralkohol Eropa, seperti Pernod Ricard dan Campari, turun masing-masing 4% dan 4,3% setelah ancaman tarif diumumkan.
Ketidakpastian mengenai implementasi tarif ini menambah volatilitas pasar, membuat investor resah akan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global. Beberapa analis menilai bahwa langkah ini lebih sebagai strategi negosiasi, namun tetap meningkatkan ekspektasi inflasi dan memicu kepanikan di pasar.
Sementara itu, Trump dan para pembantunya meremehkan gejolak pasar sebagai fase transisi ekonomi, dengan Trump menyatakan bahwa hasil dari kebijakan ini akan jauh lebih besar.
Bagi investor, perkembangan ini menambah ketidakpastian, memicu volatilitas, dan menimbulkan pertanyaan mengenai arah kebijakan perdagangan AS serta dampaknya terhadap pasar global. (YA)