California – Adopsi kendaraan listrik (EV) mengalami pertumbuhan yang tidak merata di berbagai belahan dunia sepanjang 2024. Sementara pasar Eropa dan Amerika Serikat menghadapi tantangan politik dan kebijakan yang menghambat, China dan negara-negara lain justru mencatat lonjakan signifikan dalam penjualan kendaraan ramah lingkungan ini.
Kebijakan Presiden Donald Trump berpotensi menghambat perkembangan EV di Amerika Serikat. Salah satu kebijakan eksekutif hari pertamanya adalah pencabutan apa yang disebutnya sebagai “mandat EV,” serta penghapusan subsidi dan regulasi yang selama ini mendorong harga kendaraan listrik lebih kompetitif dibanding mobil berbahan bakar fosil. Selain itu, Trump yang telah mencabut mandat kendaraan listrik era Joe Biden. Sejak kampanye, ia memang menyerukan dukungan terhadap energi fosil. Namun usai mendapat dukungan dari CEO Tesla Elon Musk. Ia kala itu mengatakan mau tak mau harus mendukung EV.
kini pemerintahan Trump mengkaji ulang standar Corporate Average Fuel Economy (CAFE) yang mewajibkan produsen mobil meningkatkan efisiensi bahan bakar kendaraan mereka.
Di bawah kepemimpinan baru, Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) kemungkinan akan meninjau kembali standar emisi kendaraan yang sebelumnya diperketat, serta mencabut waiver yang diberikan kepada negara bagian seperti California yang menerapkan aturan lebih ketat terkait penjualan EV. Jika kebijakan ini diterapkan, banyak negara bagian yang saat ini mengadopsi standar emisi tinggi California akan terdampak, yang bisa memperlambat pertumbuhan EV di AS.
Namun, di sisi lain, insentif pajak federal hingga US$7.500 untuk pembelian EV masih berlaku, meskipun Trump telah menyerukan penghapusannya. Beberapa negara bagian juga tetap berkomitmen terhadap regulasi ramah lingkungan mereka, sehingga pasar EV AS diperkirakan masih akan tumbuh meski dengan laju lebih lambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Seementara itu Eropa, yang selama ini menjadi pasar kedua terbesar bagi kendaraan listrik, mencatat penurunan penjualan sebesar 3% pada 2024, dengan total penjualan 3 juta unit EV dan plug-in hybrid. Penurunan ini terjadi akibat berakhirnya beberapa insentif pemerintah di beberapa negara. Sementara itu, Amerika Utara hanya mencatat kenaikan 9%, dengan total penjualan 1,8 juta unit, yang mencerminkan pertumbuhan yang melambat dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Sebaliknya, China menjadi pendorong utama pertumbuhan global dengan penjualan mencapai 11 juta unit EV dan plug-in hybrid, meningkat 40% dibanding tahun sebelumnya. Separuh dari penjualan mobil baru di China kini merupakan kendaraan listrik, didorong oleh kombinasi insentif pemerintah, inovasi teknologi, serta harga yang semakin kompetitif dibanding kendaraan berbahan bakar bensin.
Selain itu, produsen kendaraan listrik China seperti BYD semakin menekan dominasi Tesla dalam pasar global. BYD bahkan hampir menggeser Tesla sebagai produsen mobil listrik terbesar di dunia, berkat portofolio kendaraan yang mencakup mobil listrik murni maupun plug-in hybrid. Ekspansi ekspor kendaraan listrik China ke berbagai negara juga semakin meningkatkan daya saing industri EV global.
pemerintahan Trump berupaya membekukan pendanaan US$5 miliar untuk program infrastruktur kendaraan listrik, yang berpotensi memperlambat ekspansi jaringan pengisian daya.
Di AS, banyak pembeli mulai beralih ke kendaraan hybrid konvensional sebagai alternatif, mengindikasikan bahwa sebagian besar konsumen masih ragu untuk beralih sepenuhnya ke kendaraan listrik.
Meskipun ada tantangan di pasar barat, para ahli memprediksi bahwa pangsa pasar EV secara global akan terus meningkat. Dengan kebijakan yang tepat dan perkembangan teknologi yang pesat, kendaraan listrik tetap menjadi solusi utama dalam upaya dekarbonisasi sektor transportasi dunia.(YA)