Bali – Di tengah hiruk pikuk panggung Indonesia Game Developer eXchange (IGDX) 2025 di Bali, sepasang mata menoleh pada sosok mungil yang duduk tenang di stan pameran.
Dialah Adelia Misha, seorang siswi SMP berusia 13 tahun dari Malang, Jawa Timur, yang secara mengejutkan hadir membawa tiga game buatan tangannya sendiri.
Misha tak hanya sekadar hadir. Ia menempuh perjalanan darat ratusan kilometer dari Malang ke Bali, sebuah keputusan nekat yang dilandasi semangat membara untuk memamerkan karya terbarunya.
“Mocchi Mitten Bubble Revenge” karya Misha langsung dihadirkan di hadapan para pengembang, investor, dan media global. Kehadirannya sontak menjadi magnet dan highlight tersendiri di acara bergengsi ini.
Bukan Sekadar Hobi
Kisah Misha bukan hanya tentang keberanian, tapi juga tentang lompatan generasi yang mengubah paradigma.
Jika dulu game dianggap sekadar hiburan, kini di tangan Misha dan generasi seusianya, ia menjelma menjadi medium yang menghubungkan Indonesia dengan pasar dunia.
Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid secara khusus memberikan atensi pada talenta seperti Misha.
Dalam keterangan tertulis Menkomdigi Meutya menyatakan, “Gim kini bukan hanya hiburan, tapi menjadi jembatan yang menghubungkan karya anak muda Indonesia ke pasar global.”
Meutya menambahkan bahwa generasi muda yang dikenal sebagai Gen Z adalah “faktor penting untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai pusat industri kreatif digital ASEAN. Kita punya talenta, teknologi, dan semangat untuk menghasilkan karya berkelas dunia.”
Siap Gempur Pasar Dunia
Di usia yang sangat belia, Misha membuktikan bahwa kualitas game lokal tidak bisa lagi dipandang sebelah mata.
Ia menjadi cerminan bahwa talenta terbaik bisa muncul dari mana saja, bahkan dari bangku sekolah menengah pertama.
Presiden Asosiasi Game Indonesia (AGI), Shafiq Husein kepada wartawan menyebutkan bahwa kualitas game pelajar pun kini telah teruji.
“Tiga game Indonesia baru saja meraih penghargaan di Kuala Lumpur. Ini bukti bahwa dari sisi kualitas, kita sudah sangat siap. Tinggal perlu dukungan berkelanjutan dari semua pihak,” tegas Shafiq Husein di sela-sela acara IGDX 2025.
AGI sendiri berkomitmen penuh untuk menjadi payung bagi talenta-talenta muda. Shafiq berjanji akan terus mendukung melalui berbagai pelatihan dan kolaborasi.
“Kami ingin menjadi jembatan antara talenta muda dan industri agar mereka bisa berkembang dan berdaya saing secara global,” pungkasnya.
Kisah Adelia Misha membuktikan bahwa Indonesia memiliki kekuatan tersembunyi.
Kekuatan itu ada pada kreativitas dan kegigihan anak-anak mudanya, yang kini siap menginvasi pasar game global, satu bubble dan satu “balas dendam” di waktu yang bersamaan. (YA)





