Pemerintah Myanmar : Korban Gempa Terus Bertambah, 1644 Tewas!

Ribuan Orang Terluka, Upaya Penyelamatan Terus Berlanjut

Mandalay, Myanmar – Hingga Sabtu malam (29/3/2025),  korban gempa bumi besar yang mengguncang Myanmar pada Jumat  (28/3/ 2025) terus bertambah. Sekitar 1.644 orang tewas menurut pemerintah militer negara tersebut. Lebih dari 3.400 orang terluka dan 139 orang masih hilang setelah gempa berkekuatan 7,7 magnitudo ini, dengan upaya penyelamatan masih terus berlangsung.

Sementara itu 10 kematian tambahan dilaporkan di ibu kota Thailand, Bangkok, yang terletak sekitar 1.000 km (620 mil) dari pusat gempa di wilayah Mandalay, Myanmar. Gempa tersebut menghancurkan bangunan, jembatan, dan jalan di berbagai wilayah Myanmar. Banyak yang percaya bahwa skala sebenarnya dari bencana ini belum sepenuhnya terungkap, karena adanya keterbatasan komunikasi di daerah-daerah terpencil.

Perkiraan Jumlah Korban Bisa Mencapai 10.000 Orang

Badan Survei Geologi AS (USGS) memperkirakan jumlah korban tewas di Myanmar bisa melampaui 10.000 orang. Model prediktif agensi tersebut juga memperkirakan bahwa kerugian ekonomi akibat gempa ini, bisa melebihi total produk domestik bruto tahunan negara Myanmar.

Gempa Guncang Masjid-Masjid di Myanmar Saat Umat Muslim Beribadah

Ratusan jemaah Muslim diperkirakan menjadi korban jiwa di Myanmar, setelah gempa terjadi saat orang-orang berkumpul di masjid untuk melaksanakan salat Jumat selama Ramadan. Menurut pemerintah bayangan Nasional Unity Government, lebih dari 50 masjid di seluruh negara mengalami kerusakan.

Seorang warga berusia 39 tahun dari wilayah Mandalay menceritakan adegan mengerikan, ketika ia mencoba menyelamatkan seorang pria yang terperangkap di reruntuhan masjid di desa Sule Kone. Namun, ia harus melarikan diri, karena gempa susulan yang sangat kuat.

“Saya harus meninggalkannya, Saya masuk lagi untuk mencoba menyelamatkannya,” katanya kepada Reuters, yang enggan untuk diidentifikasi. “Saya berhasil mengeluarkan empat orang dengan tangan saya sendiri. Namun sayangnya, tiga orang sudah meninggal dan satu meninggal di tangan saya.”

Warga tersebut mengatakan 10 orang tewas di sana, dan mereka termasuk di antara 23 orang yang meninggal di tiga masjid yang hancur di desa tersebut.

Kerusakan di Thailand

Di Thailand yang berbatasan dengan Myanmar, gempa mengguncang area besar Bangkok, yang dihuni sekitar 17 juta orang, dan wilayah lain di negara itu. Pihak berwenang kota Bangkok melaporkan bahwa jumlah korban tewas yang terkonfirmasi saat ini adalah 10, dengan sembilan korban tewas di lokasi runtuhnya sebuah gedung bertingkat yang sedang dibangun di dekat pasar Chatuchak di ibu kota, sementara 78 orang masih hilang.

Upaya penyelamatan terus dilakukan, dengan harapan menemukan lebih banyak korban yang selamat. Pada Sabtu (29/3/2025), lebih banyak peralatan berat dibawa untuk memindahkan puing-puing bangunan. Namun harapan mulai memudar di antara teman-teman dan keluarga dari orang-orang yang hilang, bahwa kerabat mereka masih hidup.

“Saya berdoa semoga mereka selamat, tetapi ketika saya sampai di sini dan melihat kehancurannya—mereka ada di mana? Di sudut mana? Apakah mereka masih hidup? Saya masih berdoa semoga mereka semuanya selamat,” kata Naruemol Thonglek, seorang wanita berusia 45 tahun, sambil menangis menunggu kabar tentang pasangan dan lima temannya yang bekerja di lokasi tersebut.

Myanmar Terletak di Jalur Patahan Utama

Gempa bumi sangat jarang terjadi di Bangkok, namun cukup sering terjadi di Myanmar. Negara itu terletak di atas Patahan Sagaing, sebuah patahan besar yang membelah lempeng India dan lempeng Sunda.

Ahli Seismologi dari British Geological Survey, Brian Baptie mengatakan bahwa gempa itu menyebabkan guncangan yang sangat kuat, di daerah yang sebagian besar penduduknya tinggal di bangunan yang terbuat dari kayu dan batu bata tanpa penguat. “Ketika terjadi gempa besar di daerah yang dihuni oleh lebih dari satu juta orang, banyak di antaranya tinggal di bangunan yang rentan, konsekuensinya sering kali sangat bahaya ketika terjadi bencana,” katanya.

Bencana Alam di Tengah Perang Saudara

Pemerintah Myanmar mengatakan bahwa darah sangat dibutuhkan di daerah-daerah yang paling parah terkena dampak. Di negara yang sebelumnya terkadang lambat menerima bantuan asing, Min Aung Hlaing mengatakan bahwa Myanmar siap menerima bantuan luar negeri.

Militer Myanmar merebut kekuasaan dari pemerintahan yang terpilih di bawah Aung San Suu Kyi pada Februari 2021, dan kini terlibat dalam perang saudara dengan milisi-milisi yang telah lama ada serta kelompok-kelompok pro-demokrasi yang baru terbentuk.

Pasukan militer terus melancarkan serangan meskipun setelah gempa terjadi, dengan tiga serangan udara di negara bagian Kayin utara (Karenni) dan Shan selatan, yang keduanya berbatasan dengan negara bagian Mandalay.

Menurut Dave Eubank, mantan tentara Pasukan Khusus AS yang mendirikan Free Burma Rangers, sebuah organisasi bantuan kemanusiaan yang telah memberikan bantuan kepada baik pihak yang terlibat dalam pertempuran maupun warga sipil di Myanmar sejak 1990-an. Eubank mengatakan kepada The Associated Press, “Di daerah yang ia operasikan, sebagian besar desa sudah hancur oleh militer, sehingga dampak gempa cukup kecil di daerah tersebut.” (YA)

Baca juga : https://newslinkindonesia.com/korban-tewas-gempa-myanmar-tercatat-144-orang-operasi-penyelamatan-masih-berlangsung/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *