Roma, Italia – Meskipun Paus Fransiskus dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan menginginkan perpisahan sederhana, kepergian Sang Pemimpin Gereja Katolik ke-266 ini justru mengantarkan Roma pada salah satu operasi logistik dan keamanan terbesar dalam sejarah Vatikan.
Diperkirakan sekitar 200.000 peziarah akan memadati Lapangan Santo Petrus untuk memberikan penghormatan terakhir, bersamaan dengan 170 delegasi asing dari berbagai penjuru dunia.
Nama-nama besar seperti Donald Trump, Volodymyr Zelenskyy, hingga Pangeran William dipastikan hadir, menjadikan pemakaman ini sebagai titik temu global penuh ketegangan diplomatik dan keamanan.
Sementara umat Katolik bersiap menundukkan kepala dalam doa, pihak otoritas bekerja tanpa henti menghadapi tantangan yang sangat besar.
Barikade telah dipasang, pemeriksaan keamanan diperketat, dan botol-botol air dibagikan kepada para peziarah yang harus berdiri berjam-jam di bawah terik matahari musim semi.
Pengamanan Ekstra Ketat
Di balik suasana hening dan khidmat, langit Roma menyimpan ketegangan. Demi mencegah segala kemungkinan ancaman, pemerintah Italia menerapkan pengamanan ekstra ketat seperti :
- Zona larangan terbang diberlakukan di atas Roma.
- Patroli jet tempur dan senjata anti-drone disiagakan di udara.
- Teknologi jamming (pengacau sinyal) digunakan untuk mencegah sabotase atau serangan terorganisir.
- Lebih dari 2.000 polisi, ditambah 400 petugas lalu lintas, menjaga area basilika dan jalur diplomatik.
- Tim anti-terorisme dan anti-sabotase sudah berada di lokasi sejak awal pekan.
- Patroli dilakukan secara bergilir di area strategis sekitar Vatikan dan Roma tengah.
Prosesi pemakaman yang akan digelar pada Sabtu (26/4/2025) mendatang, akan ditutup dengan pengantaran jenazah ke Basilika Santa Maria Maggiore di distrik Esquilino, tempat Paus Fransiskus akan dimakamkan.
Baca juga : Dari Casa Santa Marta ke Basilika: Perjalanan Terakhir Sang Paus Dimulai
Konklaf Segera Dilaksanakan
Namun operasi keamanan tidak akan berhenti setelah prosesi pemakaman. Semua perhatian akan beralih ke konklaf, sidang rahasia yang akan memilih pemimpin baru umat Katolik sedunia. Jika kardinal asal Italia terpilih, diperkirakan lonjakan peziarah akan meningkat drastis.
Kini, Roma tengah bersiap menghadapi sejarahnya sendiri. Dalam hening doa yang memenuhi basilika, ada denyut jantung keamanan yang berdetak kencang.
Bagi dunia, kepergian seorang paus bukan sekadar momen duka, tetapi panggung diplomatik, simbol keimanan, dan ujian terbesar dalam menjaga kedamaian di tengah kerumunan yang datang dari berbagai penjuru bumi. (YA)
Baca juga :