Skandal Curang UTBK: Integritas Merosot, Alarm Pendidikan Indonesia!

Bocoran Soal, Teknologi Curang, & Diamnya Pengawas, Menjadi Potret Buram Masa Depan Generasi Muda Bangsa

Jakarta — Suasana serius dan penuh harap di ruang-ruang Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2025, semestinya menggambarkan perjuangan murni generasi muda untuk menembus gerbang perguruan tinggi negeri.

Namun, semangat itu kembali tercoreng oleh kabar tak sedap yang mencuat sejak hari pertama pelaksanaan ujian. Hal itu seolah menjadi alarm pada Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini.

Melalui unggahan yang beredar di media sosial, publik disuguhi potongan percakapan dari grup WhatsApp yang diduga berisi para peserta ujian.

Mereka tampak berbagi pengalaman tentang kebocoran soal dan berbagai modus kecurangan yang dilakukan, mulai dari penggunaan aplikasi pintar hingga komunikasi diam-diam dengan pihak eksternal.

Salah satu pesan yang mencuat bahkan menyebutkan kelengahan pengawas, sebagai celah untuk melakukan aksi curang.

Beragam Praktik Pelanggaran

Menanggapi isu ini, Ketua Tim Penanggung Jawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB), Eduart Wolok menegaskan tidak ada kebocoran soal dari pihak panitia. Namun, ia mengakui adanya pelanggaran oleh sejumlah peserta.

“Kami sudah mencatat setidaknya 14 kasus kecurangan hingga hari kedua pelaksanaan. Angkanya memang kecil, tapi ini tetap menjadi perhatian serius,” ujar Eduart.

Eduart menambahkan, “Modus operandi peserta kian canggih. Beberapa di antaranya tertangkap membawa kamera tersembunyi di balik ikat pinggang, menggunakan kawat gigi pintar, hingga mengakses software remote desktop secara diam-diam.”

Hal itu menjadi tantangan tersendiri dalam memastikan integritas proses seleksi nasional, yang seharusnya adil dan transparan.

Meski bukan hal baru, praktik kecurangan dalam UTBK seolah tak kunjung usai dari tahun ke tahun. Bagi sebagian pihak, ini lebih dari sekadar pelanggaran teknis, ini adalah cermin dari krisis etika yang lebih dalam.

Budaya Curang & Integritas Merosot, Alarm Sektor Pendidikan

Ubaid Matraji, Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menyebut bahwa praktik curang seperti ini tak lepas dari budaya yang selama ini terbiarkan tumbuh di dunia pendidikan Indonesia.

“Normalisasi kecurangan sudah berlangsung sejak pendidikan dasar. Bahkan ada guru yang memberikan ‘sedekah nilai’ di rapor. Akhirnya, kecurangan dianggap wajar, bahkan lumrah,” ungkapnya.

Kekhawatiran itu diperkuat oleh data yang dirilis Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Dalam Survei Penilaian Integritas Pendidikan, skor integritas merosot ke titik terendah dalam tiga tahun terakhir, yaitu Skor Integritas :

  • 69,5 tahun 2024
  • 73,7 Tahun 2023
  • 70,4 Tahun 2022
  • 98% mahasiswa pernah menyontek selama proses pembelajaran
  • 78% pelajar pernah menyontek selama proses pembelajaran

Tak hanya di level siswa, praktik curang juga merambah ranah guru dan institusi. Mulai dari pemalsuan nilai, manipulasi laporan, gratifikasi dalam pengadaan barang, hingga penyimpangan dana BOS.

Semua ini memperlihatkan bahwa sekolah dan kampus bukan hanya tempat belajar, tapi bisa saja menjadi tempat subur bagi praktik koruptif bila tidak segera dibenahi.

“Jika budaya ini dibiarkan, maka bukan hanya kualitas pendidikan yang hancur, tetapi kita sedang mencetak generasi masa depan yang lemah dalam integritas,” tegas Ubaid.

UTBK SNBT semestinya menjadi panggung pembuktian bagi kerja keras dan kejujuran. Tapi jika kejujuran tak lagi dianggap penting, maka kita perlu bertanya ulang, ke mana arah masa depan pendidikan Indonesia ? (YA)

Baca juga : 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *