Jakarta – Dari rimba lebat Hutan Papua hingga barisan pegunungan kering di Nusa Tenggara, tanah Indonesia menyimpan harta karun alam yang tersembunyi di balik permukaannya.
Salah satu yang paling berharga adalah emas, logam mulia yang sejak zaman kerajaan telah menjadi simbol kekuasaan, kekayaan, dan prestise.
Kini, emas kembali menyita perhatian. Peta geologi terbaru mengungkap bahwa Indonesia sesungguhnya tengah “duduk di atas ladang emas” dalam arti yang paling harfiah, sumber daya emas yang tersebar luas namun belum sepenuhnya tergarap secara optimal.
Peluang Investasi Emas Perak
Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia dalam booklet “Peluang Investasi Emas Perak,” total cadangan bijih emas (CD Bijih) di Indonesia mencapai 3.565,70 juta ton yang tersebar di berbagai wilayah.
Namun distribusi kekayaan itu tidak merata. Jika ditelusuri lebih dalam, satu wilayah mendominasi peta secara signifikan, yaitu Papua.
Dengan cadangan bijih emas mencapai 1.869,00 juta ton, Papua menyumbang sekitar 52 persen dari total nasional.
Dominasi Papua ini tidaklah mengejutkan. Kawasan tersebut telah lama dikenal sebagai pusat operasi tambang tembaga dan emas kelas dunia, seperti Tambang Grasberg yang dikelola oleh PT Freeport Indonesia.
Secara geologis, Papua berada di jalur busur magmatik aktif yang kaya akan intrusi porfiri, batuan beku yang kerap menjadi wadah alami bagi mineralisasi logam mulia seperti emas dan tembaga.
Studi dalam Ore Geology Reviews menegaskan bahwa cadangan porfiri-tembaga-emas di Papua merupakan salah satu yang paling menjanjikan secara ekonomi di dunia, baik dari segi kadar maupun volumenya.
Baca juga :
- Prabowo Resmikan Smelter Emas Terbesar di Dunia, Kapasitas 50 Ton Emas per Tahun
- Presiden Prabowo Resmikan Bank Emas Pertama di Indonesia
Wilayah Potensi Tambang Emas
Namun, Papua bukan satu-satunya wilayah dengan potensi besar, masih ada beberapa daerah lainnya yang punya cadangan bijih emas, seperti :
- Papua 1.869,00 juta ton
- Sulawesi 557,05 juta ton
- Nusa Tenggara 506,98 juta ton
- Jawa 396,99 juta ton
- Sumatera 168,56 juta ton
- Kalimantan 40,30 juta ton
Ini menunjukkan bahwa kawasan timur Indonesia yang selama ini kerap terpinggirkan dalam arus pembangunan nasional, justru memegang kunci penting dalam peta mineral strategis bangsa.
Di sisi lain, Sumatera dan Kalimantan—dua wilayah yang secara historis menjadi tulang punggung industri tambang Indonesia—kini menunjukkan penurunan daya saing cadangan.
Fakta ini mengindikasikan bahwa tambang-tambang tua di kedua wilayah tersebut makin tertekan, dan eksplorasi baru harus segera digencarkan di wilayah-wilayah lainnya.
Kajian dari Journal of Cleaner Production menegaskan bahwa negara-negara dengan cadangan logam strategis seperti Indonesia harus mengembangkan kebijakan hilirisasi serta transparansi rantai pasok, untuk menghindari kerugian jangka panjang akibat eksploitasi yang tidak seimbang. (Ep)
Baca juga :