Jakarta – Ada yang berbeda di Kantor Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi), Jakarta.
Tanpa banyak gembar-gembor, mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair hadir dalam kunjungan khusus yang sarat makna strategis.
Bersama tim dari Tony Blair Institute (TBI), ia bertemu langsung dengan Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, guna membahas peluang besar kerja sama digital.
Pertemuan itu fokus pada pembicaraan yang mengerucut di tiga topik utama:
- Pengembangan kecerdasan buatan (AI)
- Percepatan adopsi teknologi e-SIM
- Pembangunan talenta digital Indonesia yang inklusif serta berkelanjutan.
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid menyatakan “Kunjungan ini menjadi langkah awal untuk mempercepat transformasi digital Indonesia. Kami siap menerima masukan dan bekerja sama demi menghadirkan solusi konkret yang berdampak langsung bagi masyarakat.”
Tony Blair, Mantan Perdana Menteri Inggris menyampaikan pandangannya tentang pentingnya kesiapan digital bagi negara berkembang.
Ia menyamakan momen ini dengan revolusi industri abad ke-19, saat negara-negara yang bergerak cepat dengan teknologi mampu melesat meninggalkan yang lain.
“Infrastruktur digital dan model AI akan punya dampak besar pada cara pemerintah dan masyarakat berfungsi. Negara yang memimpin di bidang ini, akan punya keunggulan besar di masa depan,” ujar Blair.
Blair datang tak hanya membawa ide. Lewat TBI, ia juga menawarkan dukungan konkret untuk menyusun strategi digital Indonesia agar lebih siap menghadapi tantangan global.
Sejak 2024, TBI memang telah menjadi mitra penting Kemkomdigi, termasuk dalam penyusunan Rencana Induk Pusat Data Nasional (PDN) dan strategi lima tahun Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika.
Dalam struktur Kemkomdigi yang baru pasca-restrukturisasi, kerja sama ini diperluas untuk mendukung empat pilar digital nasional yakni :
- Infrastruktur
- Pemerintahan digital
- Ekonomi digital
- Pengawasan ruang digital
Baca juga : Tony Blair Jadi Anggota Dewan Pengawas Danantara
Teknologi e-SIM Berbasis Data Penduduk
Tak hanya bicara teknologi mutakhir, pembahasan juga menyinggung aspek yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat, seperti e-SIM berbasis biometrik yang akan terintegrasi dengan data kependudukan.
Teknologi ini diharapkan menjadi kunci layanan publik yang lebih cepat, aman, dan efisien.
“Tadi baru pertemuan awal. Ke depan, tim kami bersama TBI akan menentukan area prioritas untuk dijalankan dalam bentuk kerja sama nyata,” tambah Meutya.
Beberapa prioritas yang akan digarap dalam waktu dekat antara lain :
- Tata kelola kabel bawah laut
- Penguatan pusat data dan cloud
- Penyusunan kebijakan AI yang aman dan adaptif.
Di sisi sosial, TBI juga akan dilibatkan dalam pelaksanaan PP Nomor 17 Tahun 2025 tentang perlindungan anak di ruang digital.
Direktur Tony Blair Institute (TBI) Indonesia, Suhaillah Fabya Haqim menegaskan komitmen mereka, “Kami mendukung penuh peran sentral Kemkomdigi dalam mempercepat digitalisasi pemerintahan yang berdampak langsung bagi rakyat.”
Pertemuan itu bisa jadi menjadi salah satu tonggak sejarah awal, bagaimana Indonesia mengambil lompatan besar di era digital.
Indonesia nantinya tidak hanya sebagai pengguna, tetapi juga sebagai pemimpin dalam inovasi yang inklusif dan bertanggung jawab. (YA)
Baca juga :