St. Petersburg, Rusia – Di kota tua St. Petersburg, Rusia, panggung forum ekonomi paling prestisius di kawasan Eurasia kembali mengundang perhatian dunia.
Di panggung utama Saint Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025, duduk berdampingan para pemimpin dari Rusia, Bahrain, China, Afrika Selatan dan Indonesia.
Presiden RI Prabowo Subianto, dalam sesi panel utama di ExpoForum Convention and Exhibition Centre, tampil mewakili suara Asia Tenggara dan negara-negara Global South.
Dengan lugas dan penuh keyakinan, Presiden Prabowo menyampaikan pidato diplomatis yang sarat pesan kebijakan luar negeri bebas aktif: “Seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak.”
Puji Rusia dan China, Tolak Dunia Unipolar

Presiden Ri, Prabowo Subianto yang berbicara di forum setelah pidato pembuka Presiden Rusia, Vladimir Putin menjelaskan isu ketidakhadirannya di Konferensi Tingkat Tinggi G7 di Kanada, yang sempat jadi sorotan.
Namun, Prabowo menegaskan secara gamblang dalam forum SPIEF bahwa, “Saya telah berkomitmen untuk menghadiri forum ini sebelum undangan dari G7 tiba. Ini bukan soal memilih blok, tetapi soal menghormati janji,” ujar Prabowo, yang langsung disambut tepuk tangan meriah dari peserta forum.
Salah satu pernyataan paling menonjol dari Presiden Prabowo di SPIEF adalah pujiannya terhadap konsistensi kebijakan luar negeri Rusia dan China.
“Saya kira banyak dari belahan bumi selatan akan setuju dengan saya, Rusia dan China tidak pernah punya standar ganda. Dunia unipolar telah berakhir, saatnya dunia multipolar,” tegas Prabowo.
Pernyataan ini disampaikan sebagai bentuk dukungan terhadap sistem tatanan dunia yang lebih adil dan seimbang, di mana negara-negara berkembang memiliki suara dan posisi yang setara.
Kehadiran Presiden Prabowo juga disertai sejumlah menteri yang menegaskan bahwa SPIEF bukan hanya agenda simbolik, melainkan juga momentum penting untuk diplomasi ekonomi dan kerja sama konkret.
SPIEF menjadi platform strategis untuk menjajaki kolaborasi teknologi, energi, pangan, dan investasi digital antara Indonesia dan berbagai negara mitra non-tradisional.

Presiden Rusia, Vladimir Putin yang membuka sesi panel dengan menyoroti pentingnya transformasi digital, sains, dan perlindungan sosial, tampak mengangguk dan ikut bertepuk tangan saat Prabowo menyatakan prinsip Indonesia.
“Hanya dengan persahabatan dan kolaborasi, kita bisa mewujudkan kesejahteraan.”
Putin bahkan terlihat beberapa kali berdiskusi ringan dengan Prabowo di sela-sela acara, menandakan eratnya hubungan bilateral kedua negara yang sebelumnya telah diperkuat dengan kerja sama pertahanan dan energi. (YA)
Baca juga :