Barumun, Sumut – Kabar sukacita menghampiri jantung konservasi Indonesia. Bukan satu, melainkan dua kabar sekaligus yang membawa angin segar bagi kelestarian dua satwa endemik kebanggaan negeri ini, yaitu Harimau Sumatra dan Badak Jawa.
Kisah tentang kelahiran dan penemuan individu baru itu bagaikan melodi harapan, di tengah tantangan pelestarian yang tak pernah surut.
Di jantung Sanctuary Harimau Sumatra Barumun, Sumatra Utara, keajaiban kecil terjadi. Induk harimau bernama “Gadis” dan pejantan gagah bernama “Monang” dianugerahi sepasang anak yang sehat, satu jantan dan satu betina.
Kelahiran dua “kucing besar” ini bukan sekadar penambahan angka, melainkan bukti nyata bahwa program konservasi Harimau Sumatra mulai membuahkan hasil yang menggembirakan.
Upaya keras berbagai pihak untuk melindungi sang raja rimba dari jurang kepunahan, perlahan menampakkan cahayanya.
Dalam siaran pers yang diterima Newslink Indonesia, Menteri Kehutanan RI, Raja Juli Antoni langsung untuk memberikan nama penuh makna bagi kedua bayi harimau tersebut.
Sang jantan diberi nama “Nunuk”, sementara si betina anggun dipanggil “Ninik.”
“Proses penamaan ini bukan sekadar seremoni, tetapi juga sebagai simbol harapan baru bagi konservasi harimau sumatra di Indonesia. Kami berharap kehadiran Nunuk dan Ninik dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap pelestarian satwa liar,” tutur Menhut.
- Kelahiran Anak Harimau Sumatra:
- Lahir pada: 26 Januari 2025
- Indukan: “Gadis” (betina) dan “Monang” (jantan)
- Jumlah: Dua individu (satu jantan, satu betina)
- Nama: “Nunuk” (jantan) dan “Ninik” (betina)
Kabar Baik & Harapan Baru dari Ujung Kulon
Ujung Kulon, Banten – Kabar gembira lain datang dari ujung barat Pulau Jawa, di mana Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Banten, yang menjadi benteng terakhir bagi Badak Jawa ( Rhinoceros sondaicus), salah satu mamalia paling langka di dunia.
Hasil patroli mobile yang intensif selama 15 hari, dari tanggal 14 hingga 28 April 2025, memunculkan dugaan kuat akan kehadiran tiga individu baru Badak Jawa.
Penemuan itu bagaikan oase di tengah gurun keprihatinan, akan nasib spesies yang terancam ini.
Tim patroli menemukan jejak-jejak dan merekam penampakan, yang memberikan harapan baru bagi kelangsungan hidup Si Cula Badak.
- Penemuan Individu Baru Badak Jawa di TNUK:
- Anakan Badak Jawa: Ditemukan jejak tapak berukuran 19-20 cm di Blok Citadahan, diperkirakan berusia 4-6 bulan.
- Induk dan Anak Betina: Terekam kamera trap pada 30 Maret 2025 pukul 19.13 WIB, anak diperkirakan berusia sekitar 2 tahun.
- Badak Jawa Jantan Remaja: Terekam kamera trap pada 3 April 2025 pukul 00.18 WIB, diperkirakan berusia sekitar 3 tahun (identifikasi lebih lanjut masih dilakukan).
“Kami berharap keberadaan individu baru ini semakin memperkuat populasi badak jawa di TNUK. Kita akan terus memantau dan memastikan perlindungan maksimal bagi mereka,” tegas Menhut Raja Antoni.
Keberhasilan ini, baik di Sumatra maupun di Ujung Kulon, bukanlah hasil kerja satu pihak.
Kolaborasi erat antara Balai TNUK, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE), para mitra konservasi, dan partisipasi aktif masyarakat sekitar menjadi kunci utama.
Upaya konservasi yang konsisten, ibarat menanam benih kesabaran, kini mulai membuahkan hasil yang menggembirakan.
Kelahiran “Nunuk” dan “Ninik” serta penemuan tiga individu baru Badak Jawa di Ujung Kulon adalah secercah harapan yang membangkitkan optimisme.
Namun, perjuangan belum usai. Ancaman perburuan liar dan hilangnya habitat masih menjadi tantangan besar.
Kisah menggembirakan ini harus menjadi penyemangat bagi kita semua untuk terus bahu-membahu melindungi kekayaan alam Indonesia yang tak ternilai harganya.
Masa depan sang raja rimba dan si cula badak kini berada di tangan kita. (*)