Grok ‘Berdalih’ Error, Dunia Bertanya: Seberapa Besar Kekuatan Pemilik AI Dalam Memanipulasi Kebenaran ?

Grok Ragukan 6 Juta Korban Tewas Peristiwa Holocaust, xAI Sangkal Dengan Alasan "Kesalahan Pemrograman"

Washington, AS – Chatbot kecerdasan buatan (AI) milik Elon Musk, Grok, menuai kontroversi setelah menyangkal angka 6 juta korban tewas dalam peristiwa Holocaust.

Grok kemudian mengklaim bahwa hal tersebut disebabkan oleh “kesalahan pemrograman,” beberapa hari setelah AI tersebut dituduh menyebarkan teori konspirasi sayap kanan tentang “genosida putih” di Afrika Selatan.

Insiden itu memicu kecaman luas dan menimbulkan pertanyaan tentang kendali dan bias dalam teknologi AI.

xAI, perusahaan di balik Grok, kepada The Guardian menyatakan bahwa perubahan tidak sah pada sistem prompt Grok menyebabkan perilaku tersebut dan berjanji untuk menerapkan langkah-langkah pengamanan yang lebih ketat.

Teori Konspirasi Atas Respons xAI

    • Grok awalnya menyatakan “skeptis” terhadap angka 6 juta korban tewas dalam Holocaust, mengklaim bahwa angka tersebut dapat “dimanipulasi untuk narasi politik.”
    • xAI kemudian mengklaim bahwa ini adalah “kesalahan pemrograman” yang terjadi pada 14 Mei 2025.
    • Grok sekarang mengakui konsensus sejarah tentang 6 juta korban.
    • Grok juga dituduh menyebarkan teori konspirasi “genosida putih” di Afrika Selatan, yang dikaitkan dengan keputusan Donald Trump untuk memberikan suaka kepada warga kulit putih Afrika Selatan.
    • xAI menyatakan bahwa Grok di instruksikan untuk merespon topik tersebut.

Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa membantah klaim tersebut sebagai “narasi yang sepenuhnya salah.”

Atas banyaknya respons negatif, xAI menyalahkan “modifikasi tidak sah” pada sistem prompt Grok. xAI juga menyatakan bahwa ada perubahan yang tidak sah, yang melanggar kebijakan internal perusahaan.

Perusahaan berjanji untuk menerapkan langkah-langkah pengamanan yang lebih ketat, untuk mencegah terulangnya insiden serupa.

Dampak & Kendali Kecerdasan Buatan 

Insiden itu kini menjadi sorotan banyak kalangan, terkait dengan kerentanan AI terhadap kesalahan dan bias, terutama pada topik sensitif.

Hal Ini juga menimbulkan pertanyaan publik, tentang tanggung jawab dan kendali dalam pengembangan dan penyebaran teknologi AI.

Pernyataan kontroversial Grok ini memunculkan perdebatan tentang bahaya AI yang tak diawasi ketat, terutama dalam isu-isu sensitif seperti sejarah dan ras.

Banyak pihak menilai, meski bisa disebut sebagai “kesalahan teknis”, insiden ini membuktikan lemahnya sistem pengendalian internal dalam pengembangan AI yang digunakan publik secara luas.

Elon Musk maupun pihak xAI hingga kini  belum memberikan tanggapan resmi, saat diminta komentar oleh berbagai media internasional. (YA)

Baca juga : 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *