Munich, Jerman – Dunia sepak bola Eropa lagi panas-panasnya nih! Final Champions League 2025 jadi bukti kalau kejutan itu selalu ada.
Inter Milan harus rela gigit jari dan melihat Paris Saint-Germain (PSG) mengangkat piala setelah mereka dibantai habis-habisan dengan skor 5-0.
hasil laga itu menjadi rekor baru, lho! Belum pernah ada klub yang juara Piala Champions dengan mencetak 5 gol di final.
Perjalanan Berdarah Inter, Tapi Kok Bisa Kalah Telak ?
Banyak banget penonton yang kaget dengan kekalahan Inter ini. Wajar sih, PSG dengan skuad muda bertalenta di bawah asuhan Luis Enrique memang udah diprediksi jadi favorit juara.
Tapi, Inter sendiri juga bukan tim kaleng-kaleng yang bisa diremehkan. Perjalanan inter menuju final tidak bilang dibilang ringan, bahkan tergolong berat.
- Semifinal Menegangkan vs Barcelona: Inter harus berjuang mati-matian melawan Barcelona yang juga diunggulkan.
- Leg pertama: Berakhir imbang 3-3 setelah Barca berhasil ngejar ketertinggalan dari Inter. Seru banget!
- Leg Kedua 4-3: Di depan pendukung sendiri di San Siro, Inter berhasil mengamankan tiket final di menit-menit akhir dengan skor 4-3. Drama banget!
- Musuh kuat di perempat final: Sebelum itu, Inter juga udah ketemu tim-tim kuat. Di perempat final, mereka adu jotos sama Bayern Munich.
- Fase Liga yang Ngeri: Di fase liga pun, mereka udah ketemu lawan-lawan berat kayak Manchester City, Arsenal, dan Bayer Leverkusen. Pasukan Simone Inzaghi ini lolos langsung ke babak 16 besar setelah finis di posisi ke-4 fase liga.
- Ganas di Domestik: Di liga domestik Italia, Inter juga enggak kalah mematikan. Mereka membayangi Napoli sampai pertandingan terakhir. Persaingan Scudetto mereka begitu sengit sampai banyak yang mikir bakal ada play-off buat nentuin juara karena poin mereka imbang sama Napoli. Sayangnya, Inter harus puas jadi runner-up di belakang Gli Azzurri dengan selisih tipis.
Nah, setelah semua perjuangan berat itu, kenapa ya Inter bisa kalah telak, bahkan didominasi total selama 90 menit di panggung final Champions League ?
Faktor X di Balik Pembantaian
DIlansir dari Sky Sports, ada beberapa hal yang kayaknya jadi kunci di balik kekalahan telak Inter ini, diantaranya :
- Perbedaan Usia & Kecepatan: Kontras banget sama skuad PSG yang diisi pemain-pemain muda, pasukan Simone Inzaghi ini punya rata-rata umur 30 tahun. Perbedaan ini kelihatan banget dari kecepatan kedua tim. PSG kayak punya boost turbo yang bikin Inter kewalahan, seolah-olah mereka enggak biasa dan enggak sanggup ngimbangin intensitas main PSG yang tinggi banget.
- Dominasi Penguasaan Bola: PSG juga jago banget dalam menguasai bola. Les Parisiens enggak kesulitan ngerebut bola operan Inter, dan sepanjang pertandingan bola sering banget nempel di kaki pemain-pemain PSG.
- Serangan PSG Makin Tajam (Tanpa Trio Superstar): Ini yang menarik! Walaupun udah enggak ada trio superstar kayak Mbappe, Neymar, dan Messi, penyerangan PSG justru jadi makin tajam. Pertahanan Inter yang dikawal Dumfries, Pavard, Bastoni, dan Dimarco dengan Yann Sommer sebagai penjaga gawang terakhir, enggak sanggup nahan gempuran Dembélé, Kvaratskhelia, dan Doué.
- Tumpulnya Lini Depan Inter: Di sisi lain, Inter sendiri tumpul banget di lini serang. Kesulitan mereka buat nguasain bola, bikin tugas Lautaro Martinez dan Marcus Thuram buat ngancam Donnarumma jadi susah banget. Beda jauh sama PSG yang gelandangnya bisa nyuplai bola-bola penting ke depan.

Luis Enrique: Arsitek Perubahan DNA PSG
Sejak kedatangan Luis Enrique, PSG memang ngalamin perubahan besar. Nama-nama superstar mulai hilang, diganti sama skuad muda dengan talenta luar biasa.
Memang sih, PSG masih punya budget gede dibanding klub Liga Prancis lainnya dan enggak pelit ngeluarin uang, kayak waktu mereka ngerekrut Kvaratskhelia dengan harga 70 juta Euro.
Tapi, pelatih asal Spanyol itu berhasil ngebangun tim yang enggak cuma ngincer nama-nama besar. Dia mengubah DNA tim PSG ini dengan tujuan sederhana: main sepak bola.
Enrique ngasih identitas baru yang akhirnya berhasil mewujudkan impian Nasser Al-Khelaifi sejak dia ngambil alih kepemilikan klub tahun 2011 lalu.
Mantan Pemain Timnas Prancis dan pemenang Piala Dunia, Robert Pires setuju banget dengan gaya Enrique.
“Luis Enrique telah membangun tim, bukan nama, bukan pemasaran. Mereka mengubah cara mereka dan itulah yang membawa mereka ke sini. Sepak bola bukan tentang nama,” ujar Pires dikutip dari Sky Sports.
Mungkin, dari awal Inter Milan memang enggak punya banyak kesempatan buat menang. Tapi fakta pertandingan ini enggak bisa dibantah, bahwa PSG menang dan mereka menang telak.
Les Parisiens bawa pulang piala Champions League dan lemari trofi di Parc Des Princes dapat tambahan baru yang paling prestisius. (VT)
Baca juga :





