Satu Bibit Ribuan Pesan, Bukan Sekadar Estetis: Peringatan ‘Banjir’ dari Langit & Tanah

Saat Tanam Pohon Berhadapan Dengan Maraknya Pembangunan, Intip Pergerakan Hijau Yang Berawal Dari Komunitas

Kab. Bogor – Udara pagi di Kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, terasa istimewa. Bukan sekadar rutinitas akhir pekan, melainkan sebuah hari yang dipenuhi semangat kebersamaan dan harapan hijau.

Di area RTH (Ruang Terbuka Hijau) Taman Venesia Sentul, ratusan warga berkumpul dan siap mengukir jejak kepedulian melalui kegiatan penanaman pohon pada Sabtu (24/05/25).

Sebuah langkah kecil yang diharapkan mampu membawa dampak besar bagi lingkungan. Kegiatan mulia ini terasa semakin istimewa, dengan kehadiran tokoh-tokoh penting yang turut membakar semangat.

Anggota DPR Komisi V, Marlyn Maisarah yang mewakili Dapil Jawa Barat V (Kabupaten Bogor) menyatakan dukungannya atas inisiatif warga melakukan penghijauan secara mandiri di kawasan hulu Jabodetabek.

“Kegiatan penanaman pohon ini adalah bukti nyata bahwa kepedulian terhadap lingkungan dimulai dari hal kecil, dari komunitas kita sendiri. Melihat antusiasme warga sekalian di sini, saya yakin bahwa masa depan hijau bukan lagi sekadar impian, melainkan tanggung jawab yang kita pikul bersama,” ujar Marlyn.

Anggota DPR Komisi V, Marlyn Maisarah menanam pohon di Ruang Terbuka Hijau, Taman Venesia Sentul.

Marlyn yang juga merupakan istri dari Menteri Luar Negeri, Sugiono, saat ini menjabat sebagai anggota Komisi V DPR RI periode 2024-2029 dari Fraksi Gerindra.

“Kami di DPR-RI akan terus mendorong kebijakan yang berpihak pada kelestarian alam, karena lingkungan yang sehat adalah investasi terbaik untuk generasi penerus kita,” ujar Marlyn ketika ditemui Newslink Indonesia usai melakukan penanaman pohon.

Pada acara penanaman pohon yang merupakan kali kedua ini, juga mengundang Direktur Pengaduan dan Pengawasan Kementerian Lingkungan Hidup, Ardyanto Nugroho.

Meski berhalangan hadir, pihak Kementerian Lingkungan Hidup memberikan sumbangan 300 pohon untuk ditanam di Ruang Terbuka Hijau yang menjadi resapan air di Taman Venesia Sentul.

Melawan Gerusan Pembangunan

Kegiatan penanaman pohon kali ini bukan hanya tentang mempercantik dan penghijauan kawasan hulu Jabodetabek.

Lebih dari itu, kegiatan ini adalah bagian dari perjuangan besar menjaga keseimbangan alam, di tengah laju pembangunan yang sering kali lupa diri. Kita semua tahu, di berbagai sudut negeri, lahan hijau terus tergerus.

Contoh nyatanya bisa dilihat dari kasus-kasus pelanggaran tata ruang di beberapa wilayah, termasuk yang pernah terjadi di kawasan Sentul City, Kabupaten Bogor, dan Kawasan Puncak.

Pada 13 Maret 2025 lalu, Menteri Koordinator Bidang Pangan yang membawahi Kementerian Lingkungan Hidup, Zulkifli Hasan, bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan penyegelan terhadap tiga lokasi di kawasan Sentul-Ciawi, Bogor.

Dikutip dari Kompas lokasi-lokasi itu disinyalir melanggar regulasi lingkungan dan tata ruang, yaitu hotel, resort, lapangan golf, dan perumahan mewah di kawasan Sentul.

Penyegelan dilakukan karena tempat-tempat tersebut diduga melanggar aturan tata lingkungan di kawasan hulu daerah aliran sungai (DAS) Cikeas-Cileungsi.

Foto : Dok. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Zulkifli Hasan menyatakan penyegelan dilakukan karena ditemukan sejumlah pelanggaran berat, termasuk ketidaksesuaian izin lingkungan dengan aktivitas di lapangan.

“Ada beberapa catatan dari KLH yang masuk pelanggaran berat. Sungai Ciangsana mengalami sedimentasi, tidak ada sumur resapan, dan yang paling parah adalah cut and fill. Selain itu, ada izin lingkungan yang diterbitkan, tapi realisasinya di lapangan berbeda,” ujarnya.

Menurut Zulkifli, alih fungsi lahan dan pembangunan yang tidak sesuai aturan lingkungan telah merusak ekosistem di hulu DAS Cikeas-Cileungsi.

Kondisi ini berkontribusi terhadap banjir dan longsor di wilayah Bekasi dan Bogor saat musim hujan.

Zulkifli menegaskan bahwa kawasan Sentul memiliki peran strategis sebagai daerah resapan air, dan penyangga ekosistem Jabodetabek, seperti dilansir dari Kompas.

“Kalau di sini jadi rumah semua, kalau sungainya rusak, lingkungannya rusak, ya habislah. Karena ini hulu, pusatnya di sini. Makanya ini yang harus dibenahi,” tegas Menteri Zulkifli Hasan.

Pelanggaran yang salah satunya melibatkan sebuah lapangan golf dan area pengembangan properti ini, menjadi pengingat pahit bahwa kadang kala ambisi pembangunan mengabaikan aturan dan fungsi lahan yang vital sebagai paru-paru kota dan daerah resapan air.

Baca juga : Wisata Hibisc Fantasy di Puncak Dibongkar. Gubernur Jabar: Yang Melanggar Ditindak!

Dampak Nyata Pembabatan Lahan Hijau

Data menunjukkan alih fungsi lahan hijau menjadi area terbangun terus meningkat. Di beberapa wilayah perkotaan di Indonesia, termasuk Jabodetabek, terjadi penyusutan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang signifikan.

Studi kasus di berbagai kota menunjukkan:

  • Berkurangnya daerah resapan air: Ini menjadi pemicu utama bencana banjir yang semakin sering terjadi, terutama di musim penghujan.
  • Degradasi lingkungan: Kualitas udara menurun, suhu perkotaan meningkat (urban heat island effect), dan keanekaragaman hayati terancam karena hilangnya habitat flora dan fauna.
  • Ancaman krisis air bersih: Semakin sedikitnya lahan resapan berarti cadangan air tanah juga berkurang, mengancam ketersediaan air bersih di masa depan.

Seperti yang disorot dalam berbagai laporan lingkungan, “Urbanisasi dan pertumbuhan perumahan yang pesat tanpa perencanaan RTH yang memadai dapat menyebabkan degradasi lingkungan yang serius, termasuk peningkatan risiko banjir dan penurunan kualitas hidup.” Dilansir dari Dana Mitra Lingkungan

Pengamat Lingkungan Hidup Universitas Andalas Padang, Ardinis Arbain mengatakan peristiwa banjir terjadi akibat kurangnya ruang terbuka hijau di kawasan perumahan kota.

“Kurangnya Ruang Terbuka Hijau atau RTH disinyalir menjadi salah satu penyebab banjir yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia,” ujar Ardinis dikutip dari Tempo

Baca juga : Presiden Prabowo Subianto Tinjau Banjir di Babelan Bekasi, Sambangi Rumah Warga

Membangun Masa Depan Lebih Cerdas dan Inklusif

Pada acara kali ini antusiasme warga begitu terasa, anak-anak dengan riang membantu, para orang tua bergotong royong, dan setiap bibit pohon yang ditanam menjadi janji untuk masa depan yang lebih hijau.

Namun dibalik senyum dan tawa serta berbagai dukungan baik dari eksekutif maupun legislatif, terselip kesadaran akan tantangan besar yang dihadapi lingkungan kita. Kegiatan penanaman pohon ini adalah ajakan untuk bertindak.

Seperti yang sering digaungkan, “Membangun untuk masa depan yang lebih baik” bukan hanya tentang rumah, gedung tinggi, jalan raya dan infrastruktur lainnya, tetapi tentang menciptakan keseimbangan.

Setiap bibit pohon yang ditanam, setiap lahan hijau yang dipertahankan, kita tidak hanya menumbuhkan tanaman, tetapi juga menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya menciptakan kota dan komunitas yang tidak hanya cerdas dan modern, tetapi juga selaras dengan alam, memberikan nilai jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan. (*)

Baca juga : 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *