Washington, AS – Kembali ke Gedung Putih dengan janji perubahan besar, Presiden ke-47 Amerika Serikat, Donald Trump, tidak membuang waktu.
Hanya dalam waktu 100 hari sejak pelantikannya, Trump bergerak cepat menggebrak setiap sudut kehidupan bernegara, dengan serangkaian kebijakan dan perintah eksekutif yang mengejutkan banyak pihak — baik pendukung maupun pengkritiknya.
Lewat tumpukan dokumen resmi dan pengumuman bombastis di media sosial, Trump membuktikan dirinya sebagai presiden “aksi nyata,” mewujudkan janji-janji kampanyenya dengan kecepatan yang hampir tak tertandingi oleh pendahulunya.
Namun, langkah kilat ini juga memicu kekhawatiran besar, apakah Trump sedang membentuk ulang demokrasi Amerika untuk selamanya ?
Mengguncang Konstitusi Lewat Media Sosial
Salah satu momen paling kontroversial terjadi hanya tiga minggu setelah Trump menjabat.
Bukan Trump sendiri, melainkan Wakil Presiden JD Vance yang memicu badai dengan satu unggahan di X (dulu Twitter): “Hakim tidak boleh mengendalikan kekuasaan eksekutif yang sah.”
Pernyataan delapan kata itu langsung menuai protes keras dari para ahli hukum, yang mengingatkan pada prinsip fundamental demokrasi Amerika, bahwa pengadilan berhak membatalkan tindakan pemerintah yang bertentangan dengan Konstitusi.
Namun, alih-alih mundur, Trump justru terus memperluas kekuasaan eksekutif, melemahkan peran Kongres dan bahkan menantang keputusan-keputusan pengadilan.
Elon Musk dan “Gergaji Emas” Pemangkasan Pemerintahan
Di tengah gebrakan Trump, sosok Elon Musk mencuri perhatian.
Muncul di Conservative Political Action Conference dengan berpakaian serba hitam, Musk menerima simbol “gergaji emas” dari Presiden Argentina Javier Milei, lambang tekad untuk memangkas birokrasi pemerintah.
Sebagai pemimpin “Departemen Efisiensi Pemerintah” (Doge), Musk menggerakkan pasukan untuk memangkas anggaran, bahkan membubarkan sejumlah lembaga seperti USAID dan hampir membongkar Departemen Pendidikan.
Meski mendapat dukungan sebagian pendukung Trump, aksi ini memicu kemarahan rakyat yang khawatir program-program vital seperti jaminan sosial dan layanan kesehatan terganggu.
Baca juga :
Keguncangan Ekonomi Akibat “Hari Pembebasan” Tarif
Dalam sebuah peristiwa dramatis, Trump mengumumkan tarif besar-besaran terhadap negara-negara tertentu, memicu kepanikan di pasar keuangan global.
Pedagang saham seperti Richard McDonald mengaku harus bertindak secepat kilat, untuk menyelamatkan investasinya.
Akibatnya, indeks saham utama seperti S&P 500 anjlok, suku bunga melonjak, dan kepercayaan konsumen menurun.
Meski Trump berharap kebijakan ini akan menghidupkan kembali industri dalam negeri, para ekonom memperingatkan bahwa langkah ini bisa mendorong AS menuju resesi.
Baca juga :
- Trump Tutup Departemen Pendidikan, Apa Dampaknya?
- Media Ditutup, Ratusan Jurnalis Kehilangan Pekerjaan!
- Trump Bakal Batasi Imigrasi Berdasarkan Agama? Ini yang Perlu Kamu Tahu.
Imigrasi, Dunia Akademis dan Media
Di bidang imigrasi, Trump kembali menunjukkan ketegasannya. Ia menurunkan angka penyebrangan ilegal ke tingkat terendah dalam empat tahun terakhir.
Namun, operasi deportasi besar-besaran, termasuk terhadap mahasiswa asing dan aktivis pro-Palestina, menimbulkan kecemasan akan pelanggaran hak asasi manusia.
Kasus-kasus seperti Myrelis Casique Lopez, yang menemukan anaknya dideportasi dan dipenjara di El Salvador, menggambarkan sisi gelap kebijakan ini.
Trump juga melancarkan serangan frontal ke dunia pendidikan tinggi.
Universitas Harvard, lewat Presidennya Alan Garber, menggugat pemerintah atas penghentian miliaran dolar dana hibah, dan menuduh Trump berupaya mengendalikan otonomi kampus dengan dalih memberantas antisemitisme.
Langkah ini memperkuat gambaran tentang pertarungan besar antara Trump dan lembaga-lembaga tradisional Amerika, dari akademisi, media, hingga perusahaan besar.
Dalam 100 hari, Donald Trump tidak hanya memerintah, tapi ia juga menulis ulang aturan main.
Bagi sebagian orang, ini adalah kebangkitan kembali kekuatan Amerika. Bagi yang lain, ini adalah awal dari keruntuhan prinsip-prinsip demokrasi yang selama ini dijunjung tinggi. (YA)
Baca juga :