Washington, AS – Raksasa ritel dunia Walmart mengumumkan bahwa mereka kemungkinan besar akan menaikkan harga barang di Amerika Serikat mulai Akhir mei 2025.
Hal ini merupakan dampak langsung dari kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump, yang menambah tekanan pada rantai pasokan global dan biaya operasional ritel.
Dalam laporan keuangan terbarunya pada Rabu (14/05/25), CEO Walmart, Doug McMillon kepada BBC News menyatakan bahwa perusahaannya telah berusaha keras untuk menjaga harga tetap terjangkau. Namun, besarnya beban tarif membuat perusahaan tak mampu menyerap seluruh biaya tambahan.
“Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga harga tetap rendah, namun dengan besarnya tarif yang bahkan telah dikurangi, kami tak bisa menahan seluruh tekanannya,” kata McMillon.
Walmart menyatakan bahwa lebih dari dua pertiga produk yang dijualnya di AS berasal dari dalam negeri.
Namun, banyak kategori penting seperti mainan dan elektronik masih bergantung pada pasokan dari Tiongkok yang kini dikenai tarif hingga 30%.
Sementara itu, CFO Walmart, John David Rainey mengatakan kepada media setempat bahwa lonjakan harga bisa mulai terasa di toko-toko dalam bulan ini, dan pasti akan terlihat pada bulan Juni.
Produk kebutuhan pokok seperti pisang, alpukat, kopi, dan bunga juga terdampak, seiring tarif tambahan terhadap negara-negara seperti Kosta Rika, Kolombia, dan Peru.
Meski demikian, para eksekutif Walmart menyatakan bahwa mereka siap untuk menyesuaikan rantai pasokan jika konsumen mulai enggan membayar harga yang lebih tinggi.
Di sisi lain, ketidakpastian ekonomi global turut menjadi perhatian investor. Walmart bahkan tak dapat memberikan proyeksi penjualan dan laba untuk tiga bulan mendatang karena situasi yang sangat dinamis.
Pemerintahan Trump mengenakan tarif tambahan sedikitnya 10% pada sebagian besar barang impor, dan 30% untuk barang dari Tiongkok.
Kenaikan harga di Walmart bisa jadi akan kembali stabil jika perang dagang antara Amerika dan China melunak, atau bahkan justru melonjak usai lawatan Politik Trump dari Arab Saudi. (YA)