Jakarta – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, secara mengejutkan telah menegaskan komitmennya untuk mengakui Palestina sebagai sebuah negara merdeka pada September 2025 mendatang.
Keputusan monumental ini akan diumumkan secara resmi dalam perhelatan Sidang Umum Tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York.
Langkah berani Macron ini sejalan dengan pandangan yang selama ini diusung oleh Presiden RI, Prabowo Subianto, yang tak henti menyuarakan solusi dua negara (two-state solution) sebagai jalan tunggal menuju perdamaian abadi di Timur Tengah.
Pertemuan privat antara kedua pemimpin negara ini di Prancis baru-baru ini semakin menguatkan sinyal dukungan Prancis terhadap kedaulatan Palestina.
Di berbagai forum, Presiden Prabowo telah banyak menyampaikan sikap Indonesia yang memandang bahwa penyelesaian two-state solution merupakan jalan satu-satunya untuk mencapai perdamaian yang benar.
Presiden Prabowo sempat menyerukan agar Israel mengakui kedaulatan negara Palestina.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Prabowo dalam keterangan pers bersama Presiden Republik Prancis, Emmanuel Macron di Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu (28/05/25).
“Indonesia sudah menyampaikan begitu negara Palestina diakui oleh Israel, Indonesia siap untuk mengakui Israel dan kita siap untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Kami juga menyampaikan bahwa Indonesia siap untuk menyumbang pasukan perdamaian di kawasan tersebut,” ucap Presiden Prabowo.
Pada kesempatan tersebut, Presiden Prabowo turut menyampaikan apresiasi atas peran aktif Prancis dalam memperjuangkan keadilan dan kemerdekaan bagi Palestina.
Dia menekankan bahwa Indonesia dan Prancis memiliki visi yang sejalan dalam mendesak penghentian kekerasan dan memperluas akses kemanusiaan di wilayah Gaza.
“Prancis akan terus mendesak segera diberlakunya penghentian kegiatan bersenjata di Gaza. Dan menyerukan jaminan terhadap akses kemanusiaan penuh,” ujar Presiden Prabowo.
Sementara itu sejak tahun lalu, Prancis, yang menjadi rumah bagi komunitas Yahudi dan Muslim terbesar di Eropa, memang telah menunjukkan sinyal positif terkait pengakuan Palestina.
Bahkan, sebuah konferensi yang direncanakan bersama Arab Saudi sempat tertunda akibat eskalasi konflik di wilayah tersebut.
Namun, kini, pejabat Prancis dan Saudi dijadwalkan kembali memimpin pertemuan penting minggu depan di New York untuk membahas pengakuan ini.
Menariknya, Amerika Serikat memilih untuk tidak ambil bagian dalam konferensi tersebut, menandakan adanya perbedaan sikap di antara negara-negara Barat.
Kementerian Luar Negeri Prancis sendiri telah mengonfirmasi bahwa keputusan Macron telah disampaikan langsung kepada Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas melalui surat.
Keputusan ini juga memberikan tekanan signifikan kepada Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, yang kini menghadapi desakan kuat dari jajaran pemerintahannya untuk mengikuti jejak Prancis.
Meskipun kritik terhadap Israel atas dampak serangan di Gaza semakin meluas di Barat, Prancis menjadi satu-satunya anggota G7 yang mengambil langkah konkret untuk mengakui Palestina.
Sebelumnya, Spanyol, Irlandia, dan Norwegia telah lebih dulu menunjukkan dukungan serupa.
Di tengah kabar baik ini, perundingan gencatan senjata di Gaza kembali menemui jalan buntu. Delegasi Amerika Serikat dan Israel memilih menarik diri dari meja perundingan pada Kamis(24/07/25) lalu, menambah kompleksitas situasi di lapangan.
Namun, harapan untuk perdamaian tetap menyala terang, terutama dengan semakin banyaknya negara yang menyuarakan dukungan terhadap hak-hak Palestina. (YA)





