New York, AS — Perusahaan raksasa makanan dan minuman PepsiCo tengah menjadi sorotan tajam setelah pemangkasan program Diversity, Equity, and Inclusion (DEI), yang memicu reaksi keras dari para aktivis hak sipil.
Program Diversity, Equity, and Inclusion (DEI) adalah sebuah konsep yang digunakan, untuk menggambarkan upaya menciptakan lingkungan yang inklusif dan adil bagi semua individu, tanpa memandang latar belakang, identitas, atau karakteristik mereka, termasuk orientasi seksual dan indentitas gender seperti LGBT.
Tapi program itu saat ini dihapuskan, karena mengikuti kebijakan Presiden Donald Trump yang sudah menyatakan dengan tegas, bahwa gender hanya ada laki laki dan perempuan serta menolak LGBT.
Pendeta Al Sharpton, tokoh terkemuka dalam perjuangan kesetaraan rasial di Amerika Serikat, mengumumkan bahwa dirinya akan bertemu langsung dengan CEO PepsiCo, Ramon Laguarta, dalam pekan ini guna menuntut penjelasan mendalam dan komitmen perusahaan terhadap prinsip keadilan sosial.
Pertemuan ini merupakan respons atas surat yang dikirim Sharpton pada 4 April lalu, di mana ia mengancam akan memimpin aksi boikot terhadap PepsiCo jika tidak ada perubahan kebijakan.
Dalam surat tersebut, ia menyoroti keputusan perusahaan yang tidak lagi menetapkan target representasi kelompok minoritas, dalam jajaran manajerial maupun dalam pemilihan mitra pemasok.
Tuntutan Pendeta Al Sharpton terhadap PepsiCo
- Pertemuan Langsung dengan CEO PepsiCo
Sharpton menuntut pertemuan langsung dengan CEO Ramon Laguarta untuk membahas pemangkasan program DEI (Diversity, Equity, and Inclusion). - Penjelasan Soal Penghapusan Target Representasi Minoritas
Sharpton ingin mendalami keputusan PepsiCo yang tidak lagi menetapkan target untuk representasi kelompok minoritas dalam posisi manajerial dan rantai pasok perusahaan. - Komitmen Nyata terhadap Kesetaraan
Ia menuntut klarifikasi sejauh mana PepsiCo masih memiliki komitmen terhadap prinsip kesetaraan ras, gender, dan inklusi LGBTQ+ dalam perekrutan dan kontrak kerja. - Ancaman Boikot Konsumen
Sharpton menyampaikan ancaman akan memimpin boikot nasional jika PepsiCo tidak menunjukkan niat baik dalam mengembalikan program DEI yang inklusif. - Menuntut Transparansi Kebijakan Perusahaan
Ia menuntut transparansi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada hak-hak kelompok rentan di lingkungan kerja dan kemitraan bisnis.
“Satu-satunya alat yang masih efektif saat ini adalah kekuatan konsumen untuk memilih dengan dompet mereka. Karena itu kami mendukung perusahaan yang berdiri bersama kami,” kata Sharpton kepada kantor berita Associated Press.
Perusahaan Besar Patuhi Kebijakan Trump
PepsiCo, yang dikenal luas melalui merek-merek populernya seperti Gatorade, Lay’s, Doritos, Mountain Dew, dan Pepsi, menjadi salah satu dari sejumlah perusahaan besar yang memilih untuk memangkas atau menghapus kebijakan DEI, di tengah perubahan arah kebijakan nasional pasca terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS.
Langkah PepsiCo ini tidak berdiri sendiri. Sejumlah raksasa ritel lain seperti Walmart dan Target juga dilaporkan telah memangkas kebijakan DEI mereka.
Hal ini terjadi setelah pemerintahan baru Donald Trump secara resmi mencabut program DEI di lembaga-lembaga federal, dan memperingatkan sekolah-sekolah agar menghentikan kebijakan serupa jika tidak ingin kehilangan dana dari pemerintah pusat.
Langkah yang diambil Sharpton diperkirakan akan mendapat dukungan luas dari para aktivis dan konsumen, yang selama ini menjadikan keberagaman dan inklusivitas sebagai nilai penting dalam memilih produk maupun merek.
Dengan sorotan publik yang semakin besar, tekanan terhadap PepsiCo pun dipastikan akan terus menguat.(YA)